YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta sebut bank sampah mati suri, sehingga tak efektif kelola sampah rumah tangga.
Kabid Pengembangan Kapasitas dan Pengawasan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Christina Endang Setyowati mengatakan, pihaknya telah melakukan monitoring terkait keaktifan bank sampah.
Baca juga: Timbunan Sampah di Yogyakarta Capai 5.000 Ton, TPA Piyungan Bakal Jadi Solusi Darurat
"Mau tak mau, suka tidak suka bank sampah harus diaktifkan lagi," ujarnya, Selasa (25/6/2024).
Endang menyebut 20 persen dari 678 bank sampah sempat tak beroperasi. Menurut dia, saat ini sudah berangsur aktif kembali.
"Awal monitoring 20 persen bank sampah tidak aktif, tapi sekarang mulai aktif kembali," kata dia.
Endang berkata, bank sampah di Kota Yogyakarta memiliki peran vital dalam melakukan pengolahan sampah.
Sempat tidak aktifnya bank sampah membuat pengolahan sampah tak berjalan maksimal, sehingga terjadi penumpukan di depo sampah bahkan dibuang di pinggir jalan.
Hal ini menjadikan sampah yang belum terolah terakumulasi ditambah TPST 3R milik Pemkot Yogyakarta belum berjalan maksimal.
Bank sampah difokuskan untuk mengolah sampah anorganik di tingkat rumahan, data dari DLH Kota tiap rumah perhari menghasilkan 2,5 kilogram sampah. Sampah ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi.
“Menjaga konsistensi ini tidak mudah. Kalau hitung rata-rata anggotanya 20 orang, diperkirakan setiap rumah menghasilkan sampah anorganik 2,5 kilogram," kata dia.
"Misal optimal, dilakukan setiap rumah tangga maupun bermuara di bank sampah, bisa hitung anorganik terolah berapa,” Imbuh Endang.
Lanjut dia, untuk sampah organik saat ini menjadi 'PR' bagi Pemkot Yogyakarta lantaran pengolahan yang cukup rumit ditambah tiap rumah diperkirakan menghasilkan 4 kilogram sampah organik.
Akumulasi sampah organik dan anorganik tak terkelola inilah yang mendominasi di sejumlah ruas jalan dan depo sampah.
“Kesadaran warga mengelola sampah masing-masing belum optimal, kalau optimal ya berkurang tidak sebesar itu. Depo itu masih bercampur, harusnya kering saja,” pungkasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Beny Suharsono ungkap total jumlah timbunan sampah di Kota Yogyakarta yang belum terangkut saat ini sudah 5.000 ton.
“Sebetulnya timbulan sampah itu berapa (di Kota Yogyakarta) ternyata timnan sampah itu tidak hanya 1 ton, dua ton, seribu ton. Tetapi ada lima ribu sekian ton yang sekarang ada di kota (Yogyakarta),” ujar Beny, Senin (24/6/2024).
Baca juga: Sisa Makanan Jadi Sampah Terbanyak di Yogyakarta
Banyaknya jumlah tonase sampah di Kota Yogyakarta ini membuat Kota Yogyakarta dan Pemerintah DIY mengambil langkah darurat yakni akan membuang lima ribu ton sekian sampah itu ke TPA Piyungan.
“Nah ini saya sampaikan, darurat ini yang harus diselesaikan monggo Pemkot bersama dengan kami (Pemerintah) DIY ayo kita selesaikan kita geser dulu ke TPA Piyungan,” ucapnya.
Menurut Beny untuk saat ini masih dimungkinkan untuk membuang sampah ke TPA Piyungan, karena sudah terjadi penurunan sampah di TPA Piyungan.
“Terjadinya penurunan di Piyungan masih memungkinkan. Maka kami kan sudah desentralisasi kami tidak tinggal diam keluarkan dulu sampahnya,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.