Hal ini karena bentuk lesung yang kuno menggambarkan beberapa bagian tubuh manusia raksasa, yaitu bagian mustaka atau kepala, jangga atau leher, jaja atau dada, lambung atau perut,suku atau kaki, dan kepet atau sirip.
Bagian kepala dan kaki tidak berlubang dan jika dipukul menimbulkan suara “dhug” dan “theg.
Kemudian bagian leher, dada, dan perut menimbulkan suara nyaring namun berbeda-beda frekuensinya sehingga menimbulkan efek tinggi rendah suara.
Cerita kedua adalah kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang yang bercerita tentang tentang pembuatan candi yang harus selesai dalam semalam.
Kala itu, Bandung Bondowoso diminta membuat seribu candi dalam waktu semalam untuk membuktikan kesaktiannya agar bisa meminang Roro Jonggrang.
Dalam cerita tersebut, Roro Jonggrang mengerahkan petani di desa-desa untuk memainkan musik gejog lesung di tengah malam sehingga ayam berkokok pertanda hari telah fajar dan menggagalkan usaha Bandung Bondowoso.
Cerita kedua adalah kisah perkembangan seni sandiwara ketoprak mataram.
Hal ini berawal dari sebuah seni sandiwara yang merupakan ciptaan Pangeran Wreksadiningrat di Kepatihan Surakarta ini diiringi oleh musik gejog lesung.
Sehingga pada awal kemunculannya, kesenian sandiwara ini sering disebut sebagai ketoprak lesung.
Seni ketoprak ini kemudian masuk ke Yogyakarta pada abad ke-10 dan berkembang pesat menjadi ketoprak mataram dengan iringan musik gamelan secara lengkap berlaras slendro dan pelog.
Sebagai alat musik yang bersifat perkusif, cara memainkan lesung adalah dengan dipukul bersahut-sahutan, dengan alu sehingga menimbulkan bunyi yang ramai dan berirama.
Karena alat musik lesung, yang memainkannya dengan dipukul-pukul dengan kayu semacam tongkat yang disebut alu atau secara umum antan (alat penumbuk Bentuk lesung yang digunakan, dari yang memiliki satu lubang memanjang hingga yang tersekat-sekat menjadi beberapa lubang.
Satu lesung biasanya biasanya dimainkan oleh empat sampai lima orang pemain.
Semakin banyak pemain, maka bunyi atau musik yang dihasilkan akan semakin semakin meriah.
Adapun prinsip dasar permainan gejog lesung adalah “kothek-an” yang berpijak pada pola-pola pukulan interlocking.