KOMPAS.com - Polisi menangkap delapan orang yang terlibat dalam peredaran narkoba dengan modus baru, yakni melalui keripik pisang dan cairan bernama happy water.
Salah satu pelaku yang diringkus berinisial R. Ia merupakan "koki" atau pengolah narkoba keripik pisang.
Pria asal DKI Jakarta itu memasak barang tersebut di sebuah rumah kontrakan di Padukuhan Pelem Kidul, Kalurahan Baturetno, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
R tinggal di rumah itu sejak satu bulan lalu. Rumah yang ditempati R adalah milik Wahyuni (66).
Wahyuni merasa kaget dengan penangkapan R pada Kamis (2/11/2023). Pasalnya, selama ini, dia tidak mencurigai R.
"Saya juga tahu penggerebekan itu dari warga sini. Karena semalam ada yang bilang ke saya, kalau orang yang ngontrak di tempat saya didatangi preman banyak. Ternyata itu pak polisi yang bergaya preman," ujarnya, Jumat (3/11/2023), dikutip dari Tribun Jogja.
Baca juga: Modus Baru Perdagangan Narkoba, Berbentuk Keripik Pisang dan Happy Water
Menurut Wahyuni, R tidak memperlihatkan gerak-gerik mencurigakan. Bahkan, Wahyuni sempat menganggap R adalah seorang pengangguran.
"Saya terkejut tiba-tiba ada pengungkapan tempat produksi narkotika di rumah kontrakan saya. Karena selama ini saya kira yang ngontrak itu cuma tidur saja," ucapnya.
Dia mengatakan, hampir setiap hari, R selalu menutup pintu rumah kontrakannya. R hanya keluar rumah saat hendak makan.
"Kalau ketemu pasti dia mau cari makan. Pernah kemarin-kamarin gitu juga. Saya ketemu dia di depan rumah saya, terus saya tanya, mau ke mana, dia jawab mau cari makan," ungkap Wahyuni.
Baca juga: Narkoba Keripik Pisang dan Happy Water Dijual hingga Harga Rp 6 Juta di Medsos
Narkoba keripik pisang yang dibuat oleh R ternyata mengandung campuran beberapa jenis narkotika. Hal serupa pun ditemukan dalam happy water.
"Campuran antara amphetamine, sabu juga ada," tutur Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) DIY Brigjen Pol R Slamet Santoso, Kamis, dalam konferensi pers di Bantul.
Seusai mengonsumsi barang itu, pengguna bisa kehilangan kesadaran.
Mengenai penggunaan benda-benda tersebut, Slamet mengungkapkan bahwa happy water dikonsumsi dengan cara meneteskannya ke minuman atau makanan.
"Happy water dicampur minuman tetes, cukup satu dua tetes lumayan. Kalau keripik dimakan biasa," terangnya.
Baca juga: Kelabui Warga, Produsen Narkoba Keripik Pisang Sempat Bagikan Keripik Asli ke Tetangga
Dari kasus peredaran narkoba keripik pisang dan happy water ini, polisi menangkap delapan orang.
Mereka diciduk di beberapa lokasi, yakni di Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat; Kaliangking Magelang, Jawa Tengah; Kalurahan Potorono, Bantul; dan Banguntapan, Bantul.
Para pelaku tersebut mempunyai sejumlah peran.
"Delapan orang total yang kita tangkap, ada yang berperan pemilik rekening, pengambil hasil produksi, pemasaran, produksi, dan juga distributor," jelas Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Pol Wahyu Widada, dalam acara yang sama di Bantul.
Baca juga: Keripik Pisang Berharga Jutaan Rupiah Itu Ternyata Mengandung Narkoba...
Wahyu menerangkan, modus baru peredaran narkoba ini terungkap setelah petugas melakukan operasi siber dan pemantauan di dunia maya.
"Hasil operasi siber ada penjualan narkoba dalam bentuk happy water dan keripik pisang, harganya juga cukup tinggi, tidak masuk akal. Dengan itu kita curiga, kita lakukan tracing dan pemantauan terhadap akun yang menjual tersebut," paparnya.
Berdasarkan penyelidikan selama satu bulan, pada tanggal 2 November dilakukan penangkapan di Depok dengan barang bukti keripik pisang dan happy water.
Bareskrim kemudian bekerja sama dengan Polda DIY saat mengembangkan kasus ini. Hingga kemudian polisi menciduk sejumlah orang di beberapa tempat.
Saat ini, petugas juga tengah mengejar empat nama yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Baca juga: Ada Produsen Keripik Pisang Narkoba di Bantul, Sultan Minta Warga Lakukan Ini
Sumber: Kompas.com (Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Rachmawati), TribunJogja.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.