Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daop 6 Jawab Opini Seputar Kecelakaan Agro Semeru dan Wilis, Minta Publik Tunggu Investigasi KNKT

Kompas.com - 19/10/2023, 11:38 WIB
Dani Julius Zebua,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Pihak berwenang tengah menginvestigasi penyebab anjloknya KA Argo Semeru di Km 520 + 4 petak jalan antara Stasiun Sentolo–Stasiun Wates, wilayah Pedukuhan Kalimenur, Kalurahan Sukoreno, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

PT Kereta Api Indonesia (KAI) bekerja sama dengan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI menginvestigasi kasus ini.

Beragam opini publik muncul mengomentari penyebab anjloknya kereta. KAI mengimbau  masyarakat menunggu investigasi.

“Kita (tetap) menunggu hasil investigasi dari KNKT, Dirjen Keselamatan Kemenhub dan dari KAI sendiri,” kata Manajer Humas Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro, via telepon, Rabu (18/10/2023).

Baca juga: KA Argo Semeru Anjlok Diduga karena Suhu Panas Ekstrem Berdampak pada Rel, KNKT dan KAI Turun Tangan

KA Argo Semeru anjlok di tikungan depan Stasiun Kalimenur yang sudah nonaktif.

Video, foto, dan komentar beredar di media sosial, termasuk narasi dugaan penyebab anjloknya kereta. 

Salah satu unggahan menyebut kemungkinan kereta anjlok akibat baut besi terlalu kencang pada rel terdampak panas ekstrem. 

Kasus memuainya besi dan rel kereta belum pernah ada selama ini. Terlebih di tengah teknologi perkeretaapian yang semakin maju.

Krisbiyantoro mengungkapkan, bahkan pada masa lalu, di mana jalur rel kereta hampir semuanya terbuat dari besi, mulai dari rel, bantalan, hingga pakunya. Karenanya, kasus seperti ini belum pernah terdengar.

“Besi memang panas. Tapi, zaman jadul itu bantalan dari besi, zaman Belanda (bantalan rel) namanya kletek. Ketemu pakunya besi, pendol. Besi ketemu besi, itu kan panasnya lebih lebar. Sekarang beton. Teknologi berkembang,” kata dia.

Komentar publik tidak hanya soal baut besi. Publik juga mengomentari lengkungan rel di dua jalur berdampingan dikait-kaitkan dengan dugaan kecelakaan.

Krisbiyantoro menjawab, rel melengkung di Stasiun Kalimenur berada pada kategori jari-jari (R) yang lebar.

Kereta pun selama ini melintas dengan baik. Hal itu menandakan perencanaan dan perhitungannya sangat matang. 

Secara teknis, jalur kereta berdampingan yang melengkung memiliki beda ketinggian untuk mengatasi gaya sentrifugal. Di mana rel di sisi luar lebih tinggi dari sisi dalam. 

Karena itu, sekalipun kereta melintas bersamaan di lengkungan ini semua akan berjalan dengan baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Yogyakarta
Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Yogyakarta
Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Yogyakarta
ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

Yogyakarta
Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Yogyakarta
Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Yogyakarta
Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Yogyakarta
Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Yogyakarta
Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Yogyakarta
Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Yogyakarta
Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Seorang Pekerja Tertimpa Bangunan Proyek Revitalisasi Benteng Keraton, Ini Kata Pemda DIY

Yogyakarta
Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Pemda DIY Segera Buka Kanal Aduan Layanan Publik dan Sampah, Berikut Informasinya

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com