Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teliti "Rip Current" yang Sering Sebabkan Kecelakaan Laut, Pantai Sepanjang Gunungkidul Diduyur Cairan Hijau

Kompas.com - 26/08/2023, 04:59 WIB
Markus Yuwono,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS,com - Kawasan pantai di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, menyimpan potensi bahaya rip current atau arus balik mematikan yang menyebabkan kecelakaan laut. Ada dua lokasi rip current di Pantai Sepanjang, Tanjungsari, Gunungkidul yang diteliti. 

Rip curent adalah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit, yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah.

Sekretaris Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi II Pantai Baron, Surisdiyanto mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk melakukan penelitian mengenai rip current. 

Baca juga: Kronologi Warga Terjatuh Saat Menyeberang Jembatan Rusak di Serdang, Terseret Arus Sungai dan Meninggal

"Kerja sama dengan UGM sudah lima tahun untuk melakukan penelitian rip current. Hal ini karena rip current seringkali membahayakan wisatawan dan warga lokal," kata Suris saat dihubungi melalui telepon Jumat (25/8/2023). 

Selain aksi nekat pengunjung pantai, kecelakaan laut juga diperparah dengan adanya rip current. 

 

"Kebanyakan wisatawan itu diingatkan nekat, dan terseret rip current," kata Suris. 

Suris mengatakan, dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai acuan tim penyelamat untuk mengingatkan pengunjung. Selain itu, pihaknya meminta kepada pengunjung untuk mematuhi imbauan petugas saat berkunjung. 

Dalam melakukan penelitian, tim dari UGM menggunakan cairan berwarna hijau di sisi timur dan barat pantai Sepanjang. Setelah cairan dilemparkan ke tepi pantai akan tertarik oleh arus laut. Hal itu untuk mengetahui lokasi rip current yang ada.

Dosen Program Studi Sarjana Terapan Sistem Informasi Geografis Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi UGM, Hendy Fatchurohman mengatakan, cairan yang digunakan untuk mengetahui rip current merupakan pewarna buatan dari bahan dasar cairan garam. Hal ini tidak berbahaya bagi biota laut. 

Cairan ini biasanya digunakan dalam penilitan gua. Namun, saat ini digunakan untuk penelitian di laut. 

Dikatakannya rip current adalah ancaman besar di seluruh dunia karena bisa menelan ratusan korban. Biasanya para korban tidak mengetahui adanya ancaman tersebut.

Pewarna yang buang ke pantau akan memudahkan deteksi rip current karena secara visual akan terlihat dengan jelas. Hal ini akan membantu masyarakat memahami efek dirasakan.

"Rip current itu adalah arus yang notabene lebarnya sangat sempit tetapi sangat kuat menarik ke lautan. Jadi dia terbentuk di sekitar garis pantai," kata Hendy.

Rip current di Gunungkidul memiliki tipe menetap. Untuk sisi barat sedikit berbeda meski dipengaruhi arus dasar perairan, namun dipengaruhi tebing sisi barat. Kemudian rip current karena ada pembatas, biasanya arusnya berbelok di sekitar tebing. 

"Kalau lebih jauh, datanya masih kita olah. Seperti kecepatan dan jaraknya sejauh dari bibir pantai masih kita proses nanti," kata Hendy. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

Yogyakarta
Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Yogyakarta
Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Yogyakarta
Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Yogyakarta
Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Yogyakarta
ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

Yogyakarta
Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Yogyakarta
Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Yogyakarta
Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Yogyakarta
Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Mahasiswa PTS di Sleman Tewas Usai Latihan Bela Diri, Polisi Sebut Kena Tendangan Sabit

Yogyakarta
Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Detik-detik Damkar Klaten Evakuasi Anak Sapi Seberat 100 Kg dari Sumur 7 Meter

Yogyakarta
Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Jelang Idul Adha 2024, Peternak Sapi di Sragen Rugi Rp 50 Juta akibat PMK

Yogyakarta
Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Pemda DIY Usulkan 2.944 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Formasi Apa Saja?

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com