Letak Balai Mardi Wuto berada di sebelah barat RS Mata Dr. Yap yang sekarang menjadi Yap Square.
Kedatangan Jepang untuk menduduki Yogyakarta pada 1942 juga berdampak pada rumah sakit ini.
Saat itu nama Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders untuk pertama kali berganti menjadi Rumah Sakit Dr. Yap.
Nama rumah sakit ini diambil dari nama Dr. Yap Hong Tjoen dan sengaja dilakukan untuk menghilangkan hal yang berhubungan dengan pemerintah Belanda.
Sejak saat itu nama Rumah Sakit Mata Dr. Yap tidak pernah mengalami perubahan dan dikenal hingga sekarang.
Hanya saja setelah penerus Dr. Yap Hong Tjoen, yaitu putranya yang bernama Dr. Yap Kie Tiong wafat pada tanggal 9 Januari 1969, memberikan wasiat.
Wasiat tersebut diberikan kepada Kanjeng Gusti Paku Alam VIII, Bapak Soemitro Kolopaking, Mr. Soemarman, dan dua anggota lain yang tidak disebutkan namanya untuk mengambil alih Rumah Sakit Mata Dr. Yap guna kepentingan masyarakat.
Dr. Yap Hong Tjoen adalah seorang dokter keturunan Tionghoa yang lahir pada 30 Maret 1885.
Beliau juga merupakan angkatan pertama pelajar Tionghoa yang bersekolah di Universitas Leiden Belanda dan lulus pada tahun 1919.
Pada tahun 1922 Dr. Yap Hong Tjoen kembali ke Yogyakarta dan mendirikan balai pengobatan mata yang menjadi cikal bakal Rumah Sakit Mata Dr. Yap.
Selain mendirikan rumah sakit, Dr. Yap juga mendirikan Balai Mardi Wuto, sebuah lembaga sosial yang berfokus pada pembinaan penderita tuna netra.
Pada masa pendudukan Jepang, RS Dr. Yap diusik oleh tentara Jepang yang kemudian mengobrak-abrik rumah sakit, bahkan Dr. Yap Hong Tjoen ditangkap dan ditawan.
Pada tahun 1948, Dr. Yap Kie Tiong yang merupakan putra dari Dr. Yap Hong Tjoen kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda.
Melalui Akta Notaris No. 53 tanggal 17 Juni 1949 di hadapan Notaris J. Hofstade di Semarang, Dr. Yap Hong Tjoen menyerahkan kuasa penuh kepada Dr. Yap Kie Tiong.
Dr. Yap Kie Tiong diberi kuasa mengenai segala sesuatunya yang berkaitan dengan Centrale Vereeniging tot bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch-Indie (CVO), Vorstenlandsch Blinden Instituut, dan Rumah Sakit Mata Dr. Yap.
Setelah menyerahkan kuasa penuh kepada putranya, Dr. Yap Hong Tjoen meninggalkan Indonesia pada Juni 1949. Dr. Yap Hong Tjoen diketahui wafat di Den Haag pada 28 November 1952.
Untuk menghargai jasa Dr. Yap Hong Tjoen, didirikan Museum Rumah Sakit Mata Dr. Yap.
Museum ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada peringatan hari ulang tahun Rumah Sakit Mata Dr. Yap yang ke-75 di tahun 1997.
Sumber:
jogjacagar.jogjaprov.go.id, kebudayaan.kemdikbud.go.id, yap.or.id, gregahmuseum.jogjaprov.go.id, kebudayaan.jogjakota.go.id