Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah RS Mata Dr. Yap dan Sosok Dr. Yap Hong Tjoen

Kompas.com - 11/07/2023, 22:56 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

Letak Balai Mardi Wuto berada di sebelah barat RS Mata Dr. Yap yang sekarang menjadi Yap Square.

Kedatangan Jepang untuk menduduki Yogyakarta pada 1942 juga berdampak pada rumah sakit ini.

Saat itu nama Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders untuk pertama kali berganti menjadi Rumah Sakit Dr. Yap.

Nama rumah sakit ini diambil dari nama Dr. Yap Hong Tjoen dan sengaja dilakukan untuk menghilangkan hal yang berhubungan dengan pemerintah Belanda.

Sejak saat itu nama Rumah Sakit Mata Dr. Yap tidak pernah mengalami perubahan dan dikenal hingga sekarang.

Hanya saja setelah penerus Dr. Yap Hong Tjoen, yaitu putranya yang bernama Dr. Yap Kie Tiong wafat pada tanggal 9 Januari 1969, memberikan wasiat.

Wasiat tersebut diberikan kepada Kanjeng Gusti Paku Alam VIII, Bapak Soemitro Kolopaking, Mr. Soemarman, dan dua anggota lain yang tidak disebutkan namanya untuk mengambil alih Rumah Sakit Mata Dr. Yap guna kepentingan masyarakat.

Mengenal Sosok Dr. Yap Hong Tjoen

Dr. Yap Hong Tjoen adalah seorang dokter keturunan Tionghoa yang lahir pada 30 Maret 1885.

Beliau juga merupakan angkatan pertama pelajar Tionghoa yang bersekolah di Universitas Leiden Belanda dan lulus pada tahun 1919.

Pada tahun 1922 Dr. Yap Hong Tjoen kembali ke Yogyakarta dan mendirikan balai pengobatan mata yang menjadi cikal bakal Rumah Sakit Mata Dr. Yap.

Selain mendirikan rumah sakit, Dr. Yap juga mendirikan Balai Mardi Wuto, sebuah lembaga sosial yang berfokus pada pembinaan penderita tuna netra.

Pada masa pendudukan Jepang, RS Dr. Yap diusik oleh tentara Jepang yang kemudian mengobrak-abrik rumah sakit, bahkan Dr. Yap Hong Tjoen ditangkap dan ditawan.

Pada tahun 1948, Dr. Yap Kie Tiong yang merupakan putra dari Dr. Yap Hong Tjoen kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda.

Melalui Akta Notaris No. 53 tanggal 17 Juni 1949 di hadapan Notaris J. Hofstade di Semarang, Dr. Yap Hong Tjoen menyerahkan kuasa penuh kepada Dr. Yap Kie Tiong.

Dr. Yap Kie Tiong diberi kuasa mengenai segala sesuatunya yang berkaitan dengan Centrale Vereeniging tot bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch-Indie (CVO), Vorstenlandsch Blinden Instituut, dan Rumah Sakit Mata Dr. Yap.

Setelah menyerahkan kuasa penuh kepada putranya, Dr. Yap Hong Tjoen meninggalkan Indonesia pada Juni 1949. Dr. Yap Hong Tjoen diketahui wafat di Den Haag pada 28 November 1952.

Untuk menghargai jasa Dr. Yap Hong Tjoen, didirikan Museum Rumah Sakit Mata Dr. Yap.

Museum ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada peringatan hari ulang tahun Rumah Sakit Mata Dr. Yap yang ke-75 di tahun 1997.

Sumber:
jogjacagar.jogjaprov.go.idkebudayaan.kemdikbud.go.idyap.or.idgregahmuseum.jogjaprov.go.idkebudayaan.jogjakota.go.id  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Yogyakarta
Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Yogyakarta
Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Yogyakarta
Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Yogyakarta
Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Yogyakarta
Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Optimalisasi Pembenahan Museum dan Cagar Budaya Melalui Indonesia Heritage Agency

Yogyakarta
Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Diare Massal di Gunungkidul, 89 Warga Diduga Keracunan Makanan di Acara 1.000 Hari Orang Meninggal

Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Siapkan Layanan Wisata Malam, Ini Jadwal dan Perinciannya...

Yogyakarta
Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Pelajar di Sleman Dipukuli Saat Berangkat Sekolah, Polisi Sebut Pelaku Sudah Ditangkap

Yogyakarta
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta Batal, Ini Alasannya

Yogyakarta
Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Mengenal Apa Itu Indonesia Heritage Agency yang Akan Diluncurkan Nadiem Makarim di Yogyakarta

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Seorang Pemuda Kuras Tabungan Pensiunan Guru Senilai Rp 74,7 Juta, Modusnya Pura-pura Jadi Pegawai Bank

Yogyakarta
Penyu Lekang Ditemukan Mati di Bantul, Diduga akibat Makan Sampah Plastik

Penyu Lekang Ditemukan Mati di Bantul, Diduga akibat Makan Sampah Plastik

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com