KOMPAS.com - Rumah Sakit Mata Dr. Yap ini adalah salah satu bangunan cagar budaya yang berada di kawasan Kotabaru, tepatnya di Jalan Cik Di Tiro No.5, Kota Yogyakarta.
Saat ini, status RS Mata Dr. Yap adalah sebagai rumah sakit swasta yang melayani masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Sejak berdiri pada tahun 1923, RS Mata Dr. Yap merupakan rumah sakit khusus yang berfokus pada pelayanan kesehatan mata.
Baca juga: Mengenal Abdi Dalem Keraton Yogyakarta: Tugas, Pangkat, Pengangkatan, hingga Pemberhentian
Menjadi rumah sakit khusus mata pertama di Yogyakarta, rumah sakit ini telah berkontribusi kepada masyarakat sejak masa kolonial.
Tentunya sejak berdiri hingga saat ini, RS Mata Dr. Yap menyimpan sejarah panjang, termasuk pada masa penjajahan.
Baca juga: Kisah Abdi Dalem Mertolulut, Algojo Keraton Yogyakarta yang Melakukan Eksekusi Atas Perintah Raja
Sejarah RS Mata Dr. Yap diawali dari berdirinya Centrale Vereniging tot Bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch (CVO), sebuah balai pengobatan mata milik Dr. Yap Hong Tjoen yang didirikan pada 20 Juni 1921.
Awalnya Vereniging tot Bevordering der Oogheelkunde in Nederlandsch (CVO) berlokasi di Jalan Gondolayu, Yogyakarta. Namun setahun kemudian berpindah ke daerah Terban karena balai pengobatan mata sudah tidak memadai.
Baca juga: Siti Hinggil, Tempat Singgasana Sultan di Keraton Yogyakarta
Selanjutnya, berdirilah Rumah Sakit Mata sebagai kelanjutan dari Poliklinik Mata di Gondolayu.
Peletakan batu pertama Rumah Sakit Mata dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII pada 21 November 1922.
Hal ini dapat diamati pada prasasti yang berada di dinding teras bawah sisi barat berbentuk persegi bertuliskan “DE EERSTE STEEN GELEDG DOOR Z.H HAMENGKOE BOEWONO VIII OP DEN 21 STEN NOV 1922”.
Pembukaan rumah sakit mata ini dilakukan oleh Jenderal Mr. D. Fock pada 29 Mei 1923, setelah mendapat kuasa dari Ratu Belanda.
Awalnya, rumah sakit ini bernama Prinses Juliana Gasthuis voor Ooglijders yang artinya Rumah Sakit Puteri Juliana untuk Penderita Penyakit Mata.
Pada laporan tahun 1923 disebutkan bahwa jumlah pasien di rumah sakit ini sebanyak 3.823 orang, dengan jumlah tempat tidur pasien (zaal) yang tersedia ada 102 buah.
Selanjutnya, pada 12 September 1926 Dr. Yap Hong Tjoen mendirikan sebuah yayasan bernama Vorstenlandsch Blinden Instituut yang mengajarkan keterampilan bagi penyandang tunanetra.
Yayasan ini kemudian berganti nama menjadi Yayasan Mardi Wuto yang wadah untuk kemajuan para penyandang tunanetra, khususnya di wilayah Yogyakarta.