Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinas DPKP DI Yogyakarta Beberkan Kronologis Ditemukannya Kasus Antraks di Gunungkidul

Kompas.com - 06/07/2023, 22:10 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kasus antraks kembali ditemukan di Padukuhan Jati, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam kasus ini, ditemukan 87 orang saspek antraks dan 1 orang meninggal dunia.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DIY), Sugeng Purwanto menjelaskan kronologis ditemukannya kasus antraks di Gunungkidul awal mulanya diketahui pada pertengahan Aprl 2023.

"Pertengahan April 2023 tanggalnya tidak pasti, ada sapi betina umur 3 tahun diporak," kata dia saat ditemui di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kamis (6/7/2023).

Baca juga: Buntut Antraks, Sentra Olahan Kambing Bantul Perketat Hewan dari Gunungkidul

Pada bulan yang sama, yaitu April 2023, satu ekor kambing diketahui mati disusul pada 18 Mei 2023, ditemukan kembali hewan ternak mati kali ini jenis sapi.

"Lalu 20 Mei 1 ekor mati, 22 Mei sapi 1 ekor mati, 26 Mei sapi 1 ekor mati. Pada 27 Mei ditemukan sapi mati, 20 mei kambing mati, 2 Juni 1 kambing mati, 4 Juni kambing mati, dan terakhir 27 Juni sapi mati," papar Sugeng.

Dia menambahkan, dari hewan ternak yang mati karena antraks ini tidak semuanya diporak oleh warga.

Porak atau brandu merupakan kebiasaan warga saat terdapat hewan ternak akan mati atau mati lalu disembelih dan dagingnya dibagikan ke warga sekitar."Tidak semua diporak, ada yang dikubur," kata dia.

Sugeng menambahkan sampai sekarang, ini hewan ternak yang terjangkit antraks sebanyak 12 ekor. Yaitu 6 kambing dan 6 sapi.

Diberitakan sebelumnya, tradisi brandu atau porak, tradisi mengganti rugi ternak yang mati atau sakit oleh warga Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Baca juga: Besok, 87 Suspek Antraks Gunungkidul Jalani Uji Serologi

Tradisi ini sering terjadi ketika ada hewan ternak yang sakit maupun sudah mati dipotong dan dagingnya dijual untuk mengurangi kerugian pemilik ternak.

"Kalau sosialisasi sudah terus menerus. Kawan-kawan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) sudah dilakukan agar tidak dibrandu intinya sudah berulang, kembali lagi faktor ekonomi, karena biasanya eman-eman (sia-sia)," kata Wakil Bupati Gunungkidul, Heri Susanto saat ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul Rabu (5/7/2023).

Disinggung upaya memutus rantai brandu, Heri mengaku akan dilakukan kajian. Harapannya tidak ada lagi warga yang mengkonsumsi ternak yang mati ataupun sakit.

"Selain itu kita ada upaya ke depan yang kira-kira nanti bisa meringankan saudara kita yang hewannya sakit, sehingga tidak dikonsumsi. Tapi kita belum pasti langkahnya, tapi kita harus upayakan karena risikonya tinggi (kalau mengkonsumsi) penyakitnya antraks," kata dia.

Baca juga: Positif Antraks, Warga Gunungkidul Dirawat Intensif di RS, Korban Ikut Konsumsi Sapi Mati yang Disembelih

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengakui tradisi brandu menjadi kendala dalam penanganan antraks di Gunungkidul.

Ternak yang sudah muncul bakteri antraks sebenarnya bisa diberikan obat dan sembuh.

Berbeda jika ternak mati dan langsung disembelih, bakteri akan mudah menjadi spora dan akan berbeda jika langsung dikubur karena spora tidak akan menyebar. Spora ini bertahan sekitar 40 tahun hingga 80 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Yogyakarta
Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Yogyakarta
Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Yogyakarta
Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Yogyakarta
Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Sayangkan Larangan 'Study Tour' di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Sayangkan Larangan "Study Tour" di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Yogyakarta
Beberapa Daerah Larang 'Study Tour', PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang "Study Tour", PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Pegawai K2 Gunungkidul Minta Diangkat Jadi ASN, Sudah Mengabdi dan Sebagian Akan Pensiun

Yogyakarta
Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Sumbu Filosofi Yogyakarta Miliki Potensi Bencana, Apa Saja?

Yogyakarta
 Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Mengenal Hewan Raja Kaya dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Yogyakarta
Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Luncurkan Indonesia Heritage Agency, Nadiem: Jadikan Museum dan Cagar Budaya Tujuan Wisata Edukasi

Yogyakarta
Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Dipecat dan Tak Diberi Uang Layak, Pria di Kulon Progo Curi Rp 35 Juta Uang Kantor

Yogyakarta
Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Sleman Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban untuk Idul Adha

Yogyakarta
Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Keluarga Jadi Korban Keracunan Massal di Gunungkidul, Adrian: Makan Mi dan Daging

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com