Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga 4 Padukuhan di Sleman Pasang Spanduk Protes Kandang Ayam, Keluhkan Bau dan Banyak Lalat

Kompas.com - 04/07/2023, 23:21 WIB
Wijaya Kusuma,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Warga empat padukuhan di Kalurahan Pandowoharjo, Kapanewon Sleman, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, memasang spanduk berisikan penolakan kandang ternak ayam di wilayahnya.

Spanduk penolakan ini divideo dan diunggah di media sosial Instagram akun @halosleman.

Di dalam postingan tersebut tertulis : "Kebersamaan warga 4 padukuhan.. malam2 pasang banner..."

Baca juga: Dinamo Meledak, Kandang Ayam di Semarang Terbakar

Di video yang diunggah terlihat beberapa spanduk terpasang dengan tulisan antara lain "Kami warga bersatu !!! Bubarkan kandang ayam !!! " , "Bongkar & Bubarkan Kandang Ayam... !!! " , "Ulat, Bau, Penyakit dari Kandang Ayam "

Salah satu warga Brayut, Pandowoharjo, Sleman Galih mengatakan kandang ayam lokasinya berada di padukuhan Karangtanjung.

Ada 8 kandang ayam yang sudah beroperasi cukup lama. Setiap kandang ayam tersebut milik 3 sampai 4 orang.

"Lokasinya di Padukuhan Karangtanjung, tetapi letaknya sangat dekat dengan Padukuhan Brayut, Karangasem dan Toino. Jadi secara otomatis 4 padukuhan tersebut terdampak," ujar Galih, salah satu warga Brayut, Pandowoharjo, Sleman, Selasa (4/07/2023).

Galih menyampaikan, kandang ayam tersebut dekat dengan kawasan permukiman warga. Sehingga bau yang berasal dari kandang ayam sangat mengganggu warga. Selain itu, juga menimbulkan banyak lalat.

"Yang jadi permasalahan adalah keberadaan kandang di kawasan padat penduduk dengan standar AMDAL yang sangat tidak baik. Hal itu menjadikan kandang-kandang sumber penyakit, lalat, dan polusi udara sampai radius 300 meter," urainya.

Baca juga: Sebelum Terbunuh, Pria di Lumajang Tepergok Selingkuh dengan Istri Tersangka di Kandang Ayam

Galih mengungkapkan, warga terdampak sudah melaporkan permasalahan itu kepada kalurahan dan instansi terkait. Warga juga telah menyampaikan langsung permasalahan kepada pemilik kandang.

"Warga sering menyampaikan langsung ke pemilik kandang tapi mereka tidak perduli terhadap permasalahan ini," tandasnya.

Warga, lanjut Galih, juga sudah meminta mediasi dengan pemilik kandang ayam. Mediasi terlaksana pada 7 Juni 2023 lalu.

Jogoboyo Kalurahan Pandowoharjo, Margono mengungkapkan sudah memediasi antara peternak dengan warga. Dari mediasi tersebut sudah ada kesepakatan.

"Sudah ada kesepakatan berita acara, tapi sampai sekarang berita acara belum ditandatangani baru kita sodorkan kepada para pihak. Jadi kemarin sudah ada kesepakatan untuk kedua belah pihak," ucapnya.

Margono mengaku tidak tahu persis kapan kandang ayam tersebut mulai beroperasi. Namun sepengetahuannya sebelum 2009, kandang ayam tersebut sudah ada.

Baca juga: Warga Pasar Rebo Temukan Ular Sanca Sepanjang 3 Meter di Kandang Ayam

"Warga menolak karena dampaknya, jadi ada lalat dan aroma bau," tegasnya.

Dari kesepakatan saat mediasi, menurut Margono pemilik kandang ayam harus menjaga kebersihan. Selain itu, yang masih dimusyawarahkam adalah terkait kompensasi.

'Kemarin kesepakatannya itu dijaga kebersihannya, lewat pembinaan dari Dinas Lingkungan Hidup. Kemudian juga ada kompensasi, tapi kompensasinya masih dimusyawarahkan keluarga dari pihak peternak seperti itu," ungkapnya.

Pihak kalurahan saat ini sedang mengagendakan untuk pertemuan kembali antara warga dengan pemilik kandang ayam.

"Dan ini katanya minta dikumpulkan lagi dari pihak terdampak mau minta dipertemukan lagi, baru saja agendakan. Mungkin, kalau tidak minggu depan ya minggu-minggu ini," tandasnya.

Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Epiphana Kristiyani menuturkan pihaknya telah datang ke lokasi pada 3 Juli 2023 untuk melakukan pemantauan.

Baca juga: Warga Desa di Kudus Protes Besar-besaran Pemilik Kandang Ayam, Bawa Ribuan Bangkai Lalat

Hasil pemantauan, ayam yang ada di kandang sebanyak 2.000 ekor. Sebab, dari pemilik menyebutkan 2.000 ayam lainnya sudah dipindah ke kandang lain.

Selain itu dari hasil pantauan di lokasi, ada beberapa tempat di lokasi kandang yang basah. Kemudian juga banyak terdapat lalat dan bau.

"Ya memang kondisi kandang beberapa tempat itu basah, memang banyak lalat, bau, kurang lebih 50 meter teman-teman yang ke sana bilang tercium baunya. Kemudian kita ke lapangan ada berita acara, bersama teman Dinas Peternakan," urainya.

Usai melihat kondisi kandang kemudian ditindaklanjuti dengan meminta pemilik kandang menjaga kebersihan. Selain itu rutin dilakukan penyemprotan.

"Kemudian tindak tindak lanjut dari hasil pemantauan itu ini peternakan akan membersihkan kotoran tiap hari, kemudian akan dilakukan penyemptortan secara rutin atau tiap hari. Lalu kemudian akan dilakukan pengurukan dasar kandang sehingga tidak ada perbedaan tinggi sehingga menyebabkan kandang ayam itu, yang dasar basah," ucapnya.

Pemilik kandang juga diminta menutup kandang selama 30 hari dimulai 3 Juli 2023 untuk melakukan pembenahan. Setelah 30 hari dinas akan datang untuk melakukan pengecakan kembali.

"Harus ada pemantauan untuk memastikan apakah yang sudah ditulis diberita acara yang ada di kami sudah dilaksanakan atau belum. Pasti nanti kita akan memantau lagi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

PAN Gunungkidul Usung Mahmud Ardi sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

Yogyakarta
Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Gibran Janji Kawal Program di Solo Meski Tidak Menjabat Sebagai Wali Kota

Yogyakarta
Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Awal Kemarau, Warga di Gunungkidul Mulai Beli Air Bersih Seharga Rp 170.000

Yogyakarta
Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Persoalan Sampah di Yogyakarta Ditargetkan Kelar pada Juni 2024, Ini Solusinya...

Yogyakarta
PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

PPDB SMP Kota Yogyakarta 2024 Banyak Perubahan, Apa Saja?

Yogyakarta
PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

PPDB DIY, Standar Nilai Jalur Prestasi Diturunkan

Yogyakarta
Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Yogyakarta
'Study Tour' Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

"Study Tour" Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

Yogyakarta
Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Yogyakarta
Sejumlah Daerah Larang 'Study Tour', Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Sejumlah Daerah Larang "Study Tour", Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Yogyakarta
Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Yogyakarta
Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com