VOC bersedia membantu Amangkurat II meredam perlawanan Trunojoyo dengan syarat ia harus membayar biaya perang dan menyerahkan beberapa wilayah pesisir kepada VOC sebagai jaminan.
Pada tahun 1677, VOC mengirimkan pasukan di bawah komando Cornelis Speelman untuk membantu Amangkurat II melawan Trunojoyo.
Pasukan VOC juga didukung oleh Arung Palakka, pemimpin Bugis yang telah berdamai dengan VOC setelah kekalahan Makassar.
Pasukan gabungan VOC-Mataram-Bugis berhasil mengalahkan pasukan Trunojoyo di sejumlah pertempuran, seperti di Kertosono (1678), Kediri (1678), dan Madiun (1679).
Karena dihantam kekalahan demi kekalahan membuat Trunojoyo sendiri terus melarikan diri ke arah selatan.
Pada akhirnya Raden Trunojoyo tertangkap oleh pasukan VOC di daerah Ngantang pada Desember 1679.
Trunojoyo kemudian dibawa ke Batavia sebagai tawanan VOC, tetapi dibunuh oleh Amangkurat II saat kunjungan raja pada 1680.
Berikut adalah beberapa dampak yang diakibatkan dari Pemberontakan Trunojoyo:
1. Terjadi perubahan politik dan sosial di Jawa termasuk mengakhiri masa kejayaan Mataram sebagai kerajaan terbesar di Jawa.
2. Kekuasaan Mataram menjadi semakin lemah dan tergantung pada VOC.
3. Wilayah pantai utara Jawa menjadi milik VOC, sementara wilayah pedalaman Jawa menjadi terisolasi dan miskin yang menimbulkan kesenjangan yang semakin melebar antara pesisir dan pedalaman Jawa.
4. Munculnya kerajaan-kerajaan baru di Jawa Timur, seperti Madura, Surabaya, Gresik, dan Pasuruan, yang berusaha melepaskan diri dari pengaruh Mataram.
Sumber:
sumenepkab.go.id, intisari.grid.id,intisari.grid.id,kompas.com (Penulis : Widya Lestari Ningsih, Editor : Nibras Nada Nailufar)