"Itu (jenazah) mau diambil tadinya, sama ya nggak tahu ya. Mungkin nggak mau Mozes ini dianggap menjadi martir atau gimana. Di sana (RS Panti Rapih) waktu itu ada banyak, ada belasan orang sudah mengantri ngaku-ngaku bahwa itu (jenazah Mozes Gatotkaca) saudaranya. Mungkin, memang mau dihilangkan wujud jenazah itu," tutur Dika.
Dika mengungkapkan ayahnya kebetulan kenal dekat dengan salah satu kepala suster di RS Panti Rapih. Sehingga, akhirnya jenazah di serahkan kepada ayahnya.
Baca juga: Fransisca, Gadis Cilik Korban Pemerkosaan Mei 1998 dan Cerita yang Kian Terkubur
"Kebetulan bapak saya kenal dengan kepala suster di situ, terkait dengan pekerjaanya dia kenal dekat. Akhirnya jenazah di serahkan kepada bapak saya," ucapnya.
Tinny mengungkapkan saat itu jenazah Mozes Gatotkaca memang diputuskan untuk tidak disemayamkan di rumah Gang Brojolamatan, Mrican, Kapanewon Depok. Jenazah Mozes Gatotkaca bawa dan disemayamkan di rumahnya di daerah Kapanewon Gamping.
"Disemayamkan di sini. Kalau di rumah (rumah Gang Brojolamatan, Mrican) kan dia (Mozes Gatotkaca) tinggal sendiri di rumah Mrican," ujar Tinny.
Ribuan orang dari para mahasiswa, teman-teman Mozes Gatotkaca, berbagai elemen masyarakat dan warga sekitar datang ke rumah duka untuk melayat. Para pelayat ini bahkan sampai memenuhi gang-gang kompleks perumahan menuju ke rumah duka.
Kendaraan sepeda motor hingga mobil pelayat terparkir berjajar. Sampai-sampai saat itu sulit untuk mendekat ke rumah duka tempat disemayamkanya jenazah Mozes Gatotkaca.
Kakak kandung Mozes Gatotkaca, Tinny mengaku sudah tidak ingat siapa saja yang datang melayat. Sebab saat itu ada banyak orang yang datang melayat ke rumah duka.
"Para mahasiswa pasti, teman-temanya dia (Mozes Gatotkaca), warga sekitar sini. Penuh orang di sini," ujar Tinny.
Tinny mengungkapkan saat berada di rumah duka, jenazah Mozes Gatotkaca masih terus mengaluarkan darah dari telingga dan hidung. Bahkan, kapas penutup berubah menjadi merah karena darah.
Baca juga: Cerita Kelam Tragedi 1998: Dering Telepon Tak Henti Berbunyi Terima Laporan Rudapaksa Massal
"Itu nggak berhenti-berhenti darah keluar dari telinga dan hidung," tandasnya.
Di tengah rasa duka yang mendalam atas kepergian Mozes Gatotkaca, keluarga saat itu juga merasakan suasana mencekam. Suasana itu dirasakan keluarga dari sejak kedatangan jenazah Mozes Gatotkaca di rumah duka.
Tinny mengisahkan, setelah jenazah Mozes Gatotkaca tiba, telepon rumahnya mendadak putus. Saat itu telepon rumah tidak dapat digunakan untuk komunikasi.
"Sempat telepon (rumah) kita diputus, satu blok (telepon) diputus. Tidak bisa digunakan untuk komunikasi semenjak jenazah disemyamkan di sini sampai pemakaman," urainya.
Mengetahui hal itu, salah satu saudara lantas berinisiatif meminjami Tinny alat komunikasi.
"Terus Saya dipinjami sepupu saya (alat komunikasi). Mba pakai ini saja, kalau butuh untuk telepon. Terus ditinggal di sini (alat komunikasinya), ya saya pakai itu," ungkapnya.
Para aparat keamanan saat itu juga berjaga di sekitar rumah duka. Suasana semakin mencekam, ketika helikopter melintas berkali-kali di atas rumah duka tempat jenazah Mozes Gatotkaca di semayamkan.
"Wah, helikopter itu sliwar-sliwer di atas (rumah) saat jenazah (Mozes Gatotkaca) di sini (rumah duka). Ya suasannya mencekam, ya ngeri, takut lihat kayak gitu," tandasnya.
Dari rumah duka, Jenazah Mozes Gatotkaca kemudian dibawa untuk dimakamkan di pemakaman keluarga di daerah Cungkuk, Soragan, Ngestiharjo, Kabupaten Bantul. Ribuan pelayat, saat itu turut menyertai mobil ambulan yang membawa jenazah Mozes Gatotkaca menuju ke peristirahatan terakhirnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.