Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Keluarga Saat Mozes Jadi Korban Kerusuhan 1998, Ada Upaya Menghilangkan Jenazah, Suasana Rumah Mencekam

Kompas.com - 21/05/2023, 05:15 WIB
Wijaya Kusuma,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - 25 tahun silam, tepatnya pada 8 Mei 1998, terjadi aksi demo di Jalan Gejayan menuntut reformasi dan turunnya Presiden Soeharto. Aksi demo tersebut, diwarnai bentrokan dengan aparat keamanan.

Seorang pria bernama Mozes Gatotkaca menjadi korban meninggal dunia dalam peristiwa itu. Mozes Gatotkaca ditemukan dalam posisi tergeletak di sekitar perempatan sisi timur jalan yang saat ini menjadi Jalan Mozes Gatotkaca.

Sebenarnya Mozes Gatotkaca tidak ikut dalam aksi demo di Jalan Gejayan. Mozes hanya seorang warga yang tinggal di Gang Brojalamatan nomor 6A, Mrican, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman. Saat itu, Mozes ke area demo karena hendak mencari makan malam.

Pada 13 Mei 2023 pagi, Kompas.com menuju salah satu kompleks perumahan daerah Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman untuk menjumpai keluarga Mozes Gatotkaca. Kompleks perumahan saat itu terlihat sepi. Hanya ada anak-anak yang sedang duduk sembari bercanda di gazebo.

Baca juga: Kisah di Balik Jalan Mozes Gatotkaca Gejayan Sleman, 25 Tahun Berlalu tapi Tak Asing bagi Sejumlah Gen Z

Satu pohon yang rimbun memayungi gazebo tersebut. Sepeda-sepeda mereka tampak disandarkan di pinggir jalan gang, dekat gazebo. Kompas.com, kemudian menghampiri dan bertanya nomor rumah kepada anak-anak di gazebo itu.

Mereka ternyata mengetahui nomor rumah tersebut. Anak-anak ini lantas bersama-sama beranjak dari gazebo. Mereka bergegas mengenakan sandal, kemudian berlari sambil melihat satu per satu urutan nomor rumah yang terpasang.

"Ini...ini Mas. Ini rumahnya mas," teriak salah satu anak.

Setelah itu, mereka kemudian berlari kembali ke gazebo. Suara langkah kaki anak-anak tersebut semakin lama semakin lirih hingga tak terdengar lagi. Suasana sunyi kembali menyeruak di gang kompleks tersebut.

Tak lama, seorang ibu keluar dari pintu samping rumahnya setelah mendengar ada tamu. Senyum ramah ibu ini menyambut kedatangan Kompas.com di depan teras rumahnya.

Ibu ini ternyata kakak kandung dari Mozes Gatotkaca bernama Tinny. Kakak Mozes Gatotkaca ini kemudian mempersilakan Kompas.com masuk ke ruang tamu.

"Silahkan masuk, dipakai saja sepatunya tidak apa-apa," ujar Tinny.

Kesedihan, tampak di wajah Tinny ketika mendengar nama adiknya Mozes Gatotkaca. Peristiwa tersebut terjadi sudah lama dan cukup berat untuk diceritakanya kembali.

Tinny lantas mencoba membuka kembali lembaran-lebaran ingatanya tentang adiknya Mozes Gatotkaca. Ia kemudian memanggil putranya yang bernama Dika untuk menemaninya.

Di tengah kesunyian suasana kompleks perumahan tersebut, Tinny menceritakan bahwa Mozes Gatotkaca dulu tinggal di rumah orangtuanya di Gang Brojolamatan nomor 6A Mrican, Kapanewon Depok, Kabupatan Sleman. Mozes Gatotkaca saat itu tinggal seorang diri.

"(Mozes Gatotkaca) tinggal sendiri. Iya itu (rumah di Gang Brojolamatan nomor 6A) rumah orang tua. Ibu saya sudah tidak ada, ayah saya juga. Jadi dia tinggal sendiri," tuturnya.

Mozes Gatotkaca saat itu statusnya sudah bukan mahasiswa. Adiknya tersebut kuliah di Akademi Perindustrian dan Akademi Mesin Industri (Akprind) Yogyakarta dan sudah lulus. Saat itu, Mozes Gatotkaca merupakan pekerja lepas atau freelance.

"Mozes anak paling kecil, saya tertua. Kebetulan dia laki-laki sendiri. Saat itu belum menikah, masih bujang. Sudah tidak kuliah, bekerja freelance," tuturnya.

Baca juga: Kesaksian Warga Gang Brojolamatan soal Mozes Gatotkaca, Awalnya Hanya Cari Makan, lalu Tewas Saat Tragedi Gejayan 1998

Pada 8 Mei 1998, Mozes Gatotkaca keluar dari rumahnya di Gang Brojolamatan 6A Mrican, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman. Mozes Gatotkaca saat itu hendak ke rumah salah satu temanya.

"Itu kan sebenarnya, dia itu kumpul-kumpul sama teman-temanya di rumah salah satu temanya, putra seorang dokter. (Rumah temanya) di daerah dekat De Britto situ," ucapnya.

Mozes Gatotkaca kemudian keluar dari rumah temannya tersebut untuk mencari makan. Tinny mengungkapkan, saat mencari makan tersebut adiknya tidak sendirian. Mozes Gatotkaca pergi mencari makan bersama temanya.

Saat sedang mencari makan itu Mozes Gatotkaca kemudian diduga menjadi korban aparat keamanan. Kejadian tersebut bersamaan dengan peristiwa bentrokan antara massa demonstrasi dengan aparat keamanan di Jalan Gejayan.

Teman Mozes Gatotkaca pun menjadi korban sampai kaca matanya pecah. Namun teman Mozes Gatotkaca tersebut berhasil lari menyelamatkan diri.

"Jadi sasaran dikira mungkin dia termasuk (demonstran). Dia (Moses Gatotkaca) tidak sendiri, mungkin dikira demonstran," urainya.

Dia mengatakan bahwa Mozes Gatotkaca juga bukan aktivis dan tidak ikut demonstrasi.

"Usia (Mozes Gatotkaca) waktu itu sudah 40, bukan mahasiswa. Bukan aktivis, Dia hanya ingin mencari makan," tandasnya.

Moses Gatotkaca ditemukan dalam kondisi tergeletak di sekitar selatan Universitas Sanata Dharma (USD), Mrican, Sleman. Mozes Gatotkaca sempat dibawa ke RS Panti Rapih tapi tidak tertolong dan meninggal dunia.

Baca juga: 25 Tahun Hilangnya Sang Aktivis 1998, Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah

"Pada saat itu saya mendapat telepon sekitar setengah dua pagi. Sementara menurut cerita banyak orang waktu itu kejadianya (ditemukan jenazah Mozes Gatotkaca) sekitar jam 10 an malam," ungkapnya.

Tinny menuturkan informasi tentang adiknya tersebut dari seorang tetangganya Mozes Gatotkaca di Gang Brojolamatan, Mrican, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman.

"Saya diberitahu bukan dari aparat atau dari mana. Dari tetangganya Mozes di Mrican. Memberitahu bahwa ada kejadian itu dan Mozes korbanya. Bilang kalau jenazahnya ada di Panti Rapih (Rumah Sakit Panti Rapih)," ucapnya.

Mendengar informasi tersebut, suami Tinny lantas segera berangkat dari rumahnya di daerah Kapanewon Gamping menuju ke Rumah Sakit Panti Rapih untuk memastikan informasi tersebut.

Baca juga: Kerusuhan Mei 1998 di DI Yogyakarta, dari Peristiwa Gejayan hingga Pisowanan Ageng

"Saya tidak ikut ke sana, tapi waktu itu bapak (suami) yang ke sana. Saya di rumah, saya tidak berani, takut karena situasinya begitu," urainya.

Mozes Gatotkaca, lanjut Tinny, mengalami luka di sekitar tengkuk belakang kepala. Namun bukan luka terbuka. Luka tersebut akibat pukulan benda tumpul.

"Bukan luka terbuka. Itu informasinya dipukul benda tumpul. Menurut kesaksian di sekitar situ yang ikut mengangkat jenazahnya, di daerah sini (Tinny menunjuk daerah tengkuk kepala bagian belakang) itu (bunyi) krepyekk gitu. Mungkin remuk di bagian dalamnya," ungkapnya.

Tinny menuturkan keluarga sempat dimintai keterangan oleh Polisi Militer. Saat itu keluarga didampingi oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

"Kita waktu itu diinterogasi di Polisi Militer. Saya, keluarga dan yang mendampingi dari LBH," ungkapnya.

Saat ini Tinny dan keluarga menjalani hari-hari seperti biasa. 25 tahun telah berlalu, Tinny mengaku hanya bisa pasrah terkait dengan pengungkapan peristiwa yang menyebabkan Mozes Gatotkaca meninggal dunia.

Ada yang mengaku keluarga Mozes saat rumah sakit

Dika putra dari Tinny mendampingi duduk di kursi ruang tamu. Sesekali Dika mengingatkan ketika ibunya lupa beberapa hal tentang Mozes Gatotkaca.

Dika pun turut menceritakan moment saat ayahnya berada di RS Panti Rapih untuk mengambil jenazah Mozes Gatotkaca.

Setelah mendapat telepon yang menginformasikan jika jenazah Mozes Gatotkaca berada di RS Panti Rapih, ayahnya langsung berangkat untuk memastikannya. Benar saja, jenazah tersebut adalah Mozes Gatotkaca.

Saat di RS Panti Rapih ternyata sudah ada orang-orang yang mengantri. Mereka juga mengaku sebagai keluarga dari jenazah Mozes Gatotkaca. Orang-orang tersebut ingin mengambil jenazah Mozes Gatotkaca dari RS Panti Rapih.

"Itu (jenazah) mau diambil tadinya, sama ya nggak tahu ya. Mungkin nggak mau Mozes ini dianggap menjadi martir atau gimana. Di sana (RS Panti Rapih) waktu itu ada banyak, ada belasan orang sudah mengantri ngaku-ngaku bahwa itu (jenazah Mozes Gatotkaca) saudaranya. Mungkin, memang mau dihilangkan wujud jenazah itu," tutur Dika.

Dika mengungkapkan ayahnya kebetulan kenal dekat dengan salah satu kepala suster di RS Panti Rapih. Sehingga, akhirnya jenazah di serahkan kepada ayahnya.

Baca juga: Fransisca, Gadis Cilik Korban Pemerkosaan Mei 1998 dan Cerita yang Kian Terkubur

"Kebetulan bapak saya kenal dengan kepala suster di situ, terkait dengan pekerjaanya dia kenal dekat. Akhirnya jenazah di serahkan kepada bapak saya," ucapnya.

Tinny mengungkapkan saat itu jenazah Mozes Gatotkaca memang diputuskan untuk tidak disemayamkan di rumah Gang Brojolamatan, Mrican, Kapanewon Depok. Jenazah Mozes Gatotkaca bawa dan disemayamkan di rumahnya di daerah Kapanewon Gamping.

"Disemayamkan di sini. Kalau di rumah (rumah Gang Brojolamatan, Mrican) kan dia (Mozes Gatotkaca) tinggal sendiri di rumah Mrican," ujar Tinny.

Suasana mencekam di rumah duka Mozes Gatotkaca

Ribuan orang dari para mahasiswa, teman-teman Mozes Gatotkaca, berbagai elemen masyarakat dan warga sekitar datang ke rumah duka untuk melayat. Para pelayat ini bahkan sampai memenuhi gang-gang kompleks perumahan menuju ke rumah duka.

Kendaraan sepeda motor hingga mobil pelayat terparkir berjajar. Sampai-sampai saat itu sulit untuk mendekat ke rumah duka tempat disemayamkanya jenazah Mozes Gatotkaca.

Kakak kandung Mozes Gatotkaca, Tinny mengaku sudah tidak ingat siapa saja yang datang melayat. Sebab saat itu ada banyak orang yang datang melayat ke rumah duka.

"Para mahasiswa pasti, teman-temanya dia (Mozes Gatotkaca), warga sekitar sini. Penuh orang di sini," ujar Tinny.

Tinny mengungkapkan saat berada di rumah duka, jenazah Mozes Gatotkaca masih terus mengaluarkan darah dari telingga dan hidung. Bahkan, kapas penutup berubah menjadi merah karena darah.

Baca juga: Cerita Kelam Tragedi 1998: Dering Telepon Tak Henti Berbunyi Terima Laporan Rudapaksa Massal

"Itu nggak berhenti-berhenti darah keluar dari telinga dan hidung," tandasnya.

Di tengah rasa duka yang mendalam atas kepergian Mozes Gatotkaca, keluarga saat itu juga merasakan suasana mencekam. Suasana itu dirasakan keluarga dari sejak kedatangan jenazah Mozes Gatotkaca di rumah duka.

Tinny mengisahkan, setelah jenazah Mozes Gatotkaca tiba, telepon rumahnya mendadak putus. Saat itu telepon rumah tidak dapat digunakan untuk komunikasi.

"Sempat telepon (rumah) kita diputus, satu blok (telepon) diputus. Tidak bisa digunakan untuk komunikasi semenjak jenazah disemyamkan di sini sampai pemakaman," urainya.

Mengetahui hal itu, salah satu saudara lantas berinisiatif meminjami Tinny alat komunikasi.

"Terus Saya dipinjami sepupu saya (alat komunikasi). Mba pakai ini saja, kalau butuh untuk telepon. Terus ditinggal di sini (alat komunikasinya), ya saya pakai itu," ungkapnya.

Para aparat keamanan saat itu juga berjaga di sekitar rumah duka. Suasana semakin mencekam, ketika helikopter melintas berkali-kali di atas rumah duka tempat jenazah Mozes Gatotkaca di semayamkan.

"Wah, helikopter itu sliwar-sliwer di atas (rumah) saat jenazah (Mozes Gatotkaca) di sini (rumah duka). Ya suasannya mencekam, ya ngeri, takut lihat kayak gitu," tandasnya.

Dari rumah duka, Jenazah Mozes Gatotkaca kemudian dibawa untuk dimakamkan di pemakaman keluarga di daerah Cungkuk, Soragan, Ngestiharjo, Kabupaten Bantul. Ribuan pelayat, saat itu turut menyertai mobil ambulan yang membawa jenazah Mozes Gatotkaca menuju ke peristirahatan terakhirnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sampah Dibuang di Bekas Tambang Gunungkidul, Bupati Sleman: Bukan dari Jasa Pengangkutan Pemerintah

Sampah Dibuang di Bekas Tambang Gunungkidul, Bupati Sleman: Bukan dari Jasa Pengangkutan Pemerintah

Yogyakarta
Pupuk Harga Murah Dijual Keliling di Gunungkidul, Dinas Periksa Kualitasnya

Pupuk Harga Murah Dijual Keliling di Gunungkidul, Dinas Periksa Kualitasnya

Yogyakarta
Klarifikasi Dosen UPN Veteran Yogyakarta soal Dugaan Kekerasan Seksual

Klarifikasi Dosen UPN Veteran Yogyakarta soal Dugaan Kekerasan Seksual

Yogyakarta
Satu Truk Sampah Dibuang di Pinggir Jalan Imogiri Bantul

Satu Truk Sampah Dibuang di Pinggir Jalan Imogiri Bantul

Yogyakarta
Balon Udara Liar Mendarat di Bantul, Tersangkut di Pohon Sengon dengan Api Menyala

Balon Udara Liar Mendarat di Bantul, Tersangkut di Pohon Sengon dengan Api Menyala

Yogyakarta
Kronologi 1 Pekerja Tewas Tertimpa Atap Cor di Kawasan Kraton Yogyakarta

Kronologi 1 Pekerja Tewas Tertimpa Atap Cor di Kawasan Kraton Yogyakarta

Yogyakarta
Kesaksian Warga Sekitar Rumah Roboh yang Tewaskan Pekerja di Yogyakarta

Kesaksian Warga Sekitar Rumah Roboh yang Tewaskan Pekerja di Yogyakarta

Yogyakarta
Dua Pekerja Tertimpa Tembok Saat Bongkar Rumah, Satu Tewas

Dua Pekerja Tertimpa Tembok Saat Bongkar Rumah, Satu Tewas

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 di Pacitan Dirasakan hingga Yogyakarta

Gempa Magnitudo 5,0 di Pacitan Dirasakan hingga Yogyakarta

Yogyakarta
Pacitan Diguncang Gempa Magnitudo 5, Kagetkan Warga Gunungkidul

Pacitan Diguncang Gempa Magnitudo 5, Kagetkan Warga Gunungkidul

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Kendaraan Sampah yang Masuk Gunungkidul dari Luar Daerah Harus Putar Balik

Kendaraan Sampah yang Masuk Gunungkidul dari Luar Daerah Harus Putar Balik

Yogyakarta
Masih Ada Stigma di DIY, Sultan Berharap Perempuan dan Laki-laki Peroleh Pendidikan yang Sama

Masih Ada Stigma di DIY, Sultan Berharap Perempuan dan Laki-laki Peroleh Pendidikan yang Sama

Yogyakarta
Pembuangan Sampah dari Sleman ke Gunungkidul Digunakan untuk Reklamasi Tambang Ilegal

Pembuangan Sampah dari Sleman ke Gunungkidul Digunakan untuk Reklamasi Tambang Ilegal

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com