Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa Yogya Kembali: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak

Kompas.com, 14 Februari 2023, 23:07 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Peristiwa Yogya Kembali adalah sebuah peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari Ibu Kota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949.

Adanya peristiwa ini menjadi titik awal bebasnya Bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Baca juga: Peristiwa Situjuah: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak

Bahkan karena pentingnya peristiwa ini, dibangun pula Monumen Yogya Kembali atau Monjali.

Monumen ini didirikan pada tanggal 29 Juni 1985 atas gagasan Wali Kota Yogyakarta Kolonel Soegiarto dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 6 Juli 1989.

Baca juga: Peristiwa Mount Felix di Bengkulu: Latar Belakang, Kronologi, dan Dampak

Latar Belakang Peristiwa Yogya Kembali

Dilansir dari laman BKD DI Yogyakarta, Peristiwa Yogya Kembali dilatarbelakangi oleh perjuangan rakyat melawan pendudukan Belanda.

Peristiwa ini berawal dari Serangan Umum 1 Maret 1949 yang membuka mata dunia bahwa Republik Indonesia masih ada.

Baca juga: Sejarah Hari Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi: Penyebab, Kronologi, dan Dampak

Setelahnya terjadi Perjanjian Roem Royen yang dimulai sejak 14 April 1949 hingga disepakati dan ditandatangani pada 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.

Salah satu isi Perjanjian Roem Royen yaitu Belanda akan mengembalikan kegiatan pemerintahan Republik Indonesia ke Kota Yogyakarta sebagai ibu kota negara sementara.

Selain itu, Belanda juga mengundang Indonesia untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar yang akan digelar pada akhir tahun 1949.

Kronologi Peristiwa Yogya Kembali

Dalam rangka penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta yang akan digantikan oleh TNI, Pemerintah Republik Indonesia dan Belanda telah disepakati persetujuan “Suspension of Arm”.

Pada tanggal 10 Mei 1949 Komandan Brigade T Kolonel van Langen, memerintahkan kepada pasukannya yang berada di Yogyakarta untuk menghindarkan pertempuran-pertempuran dengan pasukan Republik Indonesia.

Selanjutnya Menteri Negara Republik Indonesia/Koordinator Keamanan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX memerintahkan kepada Komandan TNI di Yogyakarta untuk menghindarkan pertempuran dengan Belanda yang diulang lagi dengan perintah baru tanggal 23 Juni 1949.

Pada hari yang sama diterima berita dari pihak Belanda yang memberitahukan bahwa tentara mereka akan ditarik dari Yogyakarta pada tanggal 24 Juni 1949 mulai pukul 12.00 dari Pos Wonosari.

Penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta kemudian baru dilangsungkan pada 29 Juni 1949 secara serentak mulai dari selatan ke utara dan keluar dari kota ke jurusan Magelang.

Pada hari itu pula secara resmi kedudukan Yogyakarta kembali berfungsi sebagai ibu kota negara sementara.

Dampak Peristiwa Yogya Kembali

Dilansir dari Kompas.com, Peristiwa Yogya Kembali memiliki dampak yaitu kembalinya Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lainnya ke Yogyakarta.

Sebagai sambutan digelar upacara dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai pemimpin Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) sebagai inspektur upacara didampingi oleh Jenderal Soedirman.

Sumber:
bkd.jogjaprov.go.id 
monjali-jogja.com
gramedia.com  
kompas.com  (Penulis : Gama Prabowo, Editor : Serafica Gischa)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau