Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Provinsi Termiskin di Jawa, Pemerintah DIY: Warga Yogyakarta Gemar Menabung dan Investasi

Kompas.com, 24 Januari 2023, 15:09 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebut warganya lebih gemar menabung dan investasi dibanding untuk belanja, menyikapi status mereka sebagai provinsi termiskin di Jawa.

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, dalam melihat kemiskinan di DIY seharusnya tidak hanya berpatokan pada pengeluaran bulanan, tetapi juga berpatokan pada hal lain.

"Jadi warga Yogyakarta itu lebih senang menabung dan investasi, rumahnya tidak berlantai tetapi memiliki kambing Etawa. Penilaian kita terhadap masyarakat harus multi dimensi," katanya, Selasa (24/1/2023).

Baca juga: DIY Jadi Provinsi Termiskin di Jawa, Ini Upaya Pemerintah DIY Atasi Kemiskinan

Aji juga menceritakan pengalamannya terkait kemiskinan di Yogyakarta, dia pernah menjenguk salah satu pegawainya non PNS. Saat datang ke rumah staf-nya, memang tergolong masyarakat miskin tetapi pegawainya memiliki 3 sapi dan 5 kambing di rumahnya.

"Dulu pernah ada penilaian miskin atau tidak dari sisi multi dimensi. Aset dihitung. Maka jumlah penduduk miskin berkurang banyak. Baik aset tetap atau tidak tetap," jelas dia.

Ia juga menyoroti indikator yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menentukan seseorang miskin atau tidak. Menurut dia untuk menentukan miskin atau tidak di Yogyakarta bukan berdasarkan berapa pengeluaran perbulan. Tetapi, yang dimakan apa dan berapa nilainya.

"Kalau ini kan belanjanya berapa. Malah panen padi dimakan sendiri malah gak cerita. Dulu beli bibit berapa, harganya berapa, kan enggak disampaikan. Saya makan panenan sendiri, padahal panen kan ada biayanya. Tapi gak terungkap," kata dia.

Menurutnya melihat kemiskinan di DIY secara objektif secara multi dimensi tidak hanya satu aspek saja.

"BPS enggak salah. Sudah melakukan apa yang harus dilakukan. Tapi kalau mau obyektif cara melihat kondisi masyarakat DIY harus multidimensi," kata dia.

Baca juga: DI Yogyakarta Termiskin di Pulau Jawa, DPRD DIY: Kantong Kemiskinan Kebanyakan Bukan di Daerah Wisata

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data kemiskinan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi daerah termiskin di Pulau Jawa. DIY memiliki tingkat kemiskinan sebesar 11,49 persen, dengan jumlah penduduk miskin mencapai 463.630. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan periode Maret 2022 sebesar 457.760 orang.

Untuk atasi hal itu Pemerintah DIY menjadikan sektor wisata dan perikanan menjadi andalan untuk pengentasan kemiskinan mengingat pada tahun 2022 jumlah kunjungan wisatawan di DIY mencapai 7 juta wisatawan.

menanggapi kemiskinan ini, Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana, menurut dia data yang diungkap oleh BPS merujuk indikator kemiskinanberdasarkan konsumsi kalori masyarakat.

"Yogyakarta sebagai provinsi termiskin itu, data BPS merujuk indikator kemiskinan berdasarkan konsumsi kalori masyarakat," katanya, Sabtu (21/1/2023).

Baca juga: DI Yogyakarta Jadi Daerah Termiskin di Jawa, Pemerintah Andalkan Sektor Wisata dan Perikanan sebagai Strategi Pengentasan

Bahkan dirinya juga menyebut bahwa kemiskinan di DY tidak ada bungungannya dengan DIY sebagai daerah wisata karena yang dihitung BPS adalah konsumsi kalori masyarakat.

Ia menambahkan, data BPS merujuk pada kantong-kantong kemiskinan pada daerah tertentu yang warganya belum belanja untuk kebutuhan kalori sebesar Rp 425 ribu perbulan.

"Kantong kemiskinan di DIY ini kebanyakan tidak berada di pusat destiasi wisata. Warga masih kesulitan memenuhi standar kalori itu banyak tersebar di Kabupaten Kulon Progo dan Gunungkidul," jelas dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau