Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Ambles di Bantul, Bupati Menduga Ada Fenomena Alam

Kompas.com, 4 Januari 2023, 20:12 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Jalan ambles di Padukuhan Kedungmiri, Kalurahan Sriharjo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, diduga karena fenomena alam karena tanah terus turun.

"Beberapa kali diperbaiki terus ada kerusakan. Kita menduga ada fenomena alam spesifik di kawasan tersebut," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih kepada wartawan di Bantul Rabu (4/1/2023).

Baca juga: Perbaikan Jalan Ambles di Piket Nol Lumajang Ditarget Selesai pada Januari 2023

Dijelaskannya, pada awalnya penurunan turun berlahan setiap hari di jalan sepanjang 50 meter yang merupakan akses ke objek wisata Srikeminut itu. Hingga akhirnya turun lumayan dalam sekitar 30 sentimeter pada 29 Desember 2022.

Menurut dia, tanah terus bergerak ke dalam dan tidak melebar ke sungai. Lokasi jalan ambles tepat di pinggir Sungai Oya.

"Pertama kali saya ke sana dikabari itu baru 30 cm, hari ini sudah hampir 3 meter. Setiap hari terjadi penurunan, dan turunnya di mana? kita enggak tau. Sampai hari ini tidak tahu, (amblesan) tidak keluar ke sungai, tapi ditengarai ambles ke dalam," kata Halim.

Baca juga: Proses Belajar SD di Tasikmalaya Terganggu Jalan Ambles, Kelas Digunakan Bergantian

"Saya bukan ahli geologi ya, saya menduga ada fenomena geologis yang memerlukan expert geologi," kata dia.

Halim meminta  Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) untuk bekerja sama dengan pakar geologi, untuk mengetahui penyebab amblesan jalan itu.

"Sehingga ini tidak hanya wilayah Teknik sipil saja, kita mesti melibatkan pakar geologi. saya minta PU (DPUPKP) untuk melakukan kerja sama dengan pakar geologi, untuk menemukan sebab. Setelah ditemukan sebab, nanti akan kita minta rekomendasi pakar geologi kontruksi bangunan yang tepat pada kondisi seperti itu," kata dia.

Untuk jangka pendek belum bisa dilakukan, karena tanah terus ambles.

"Sementara, supaya masyarakat untuk tidak melalui jalur itu, karena kita tidak mungkin melakukan penanggulangan lebih permanen pada saat ini karena tanah masih terus bergerak.

Kepala DPUPKP Bantul Aris Suharyanta mengatakan, ruas jalan yang rusak masih tanggung jawab pemenang tender. Diakuinya sudah beberapa kali dilakukan perbaikan namun amblas lagi.

"Padahal secara struktur bangunan jalan sudah sangat bagus," kata Aris.

Pihaknya melakukan koordinasi dengan ahli dari UGM untuk perbaikan jalan tersebut, sehingga bisa dilalui masyarakat kembali.

Salah satu warga Kalurahan Sriharjo, Joko mengatakan jalan yang rusak menuju objek wisata Sri Keminut berada di Padukuhan Kedungmiri. Saat ini jalan hanya bisa dilalui sepeda motor dan sepeda.

"Untuk mobil tak bisa dilalui," kata dia.

Dikatakannya, jalanan yang rusak berada di lokasi yang sama.

"Setelah dibangun dan selesai dalam waktu tidak lama jalan sudah rusak parah. Namun hanya dilokasi itu saja," kata Joko. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau