Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Bamboo Dome, Tempat Makan Siang Jokowi dengan Pemimpin dan Delegasi G20

Kompas.com, 17 November 2022, 22:50 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menikmati santap siang bersama dengan para pemimpin dan delegasi G20 di Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali. Lokasi santap siang berupa bangunan Bamboo Dome ini pun serentak menarik perhatian.

Ternyata, Bamboo Dome tersebut merupakan mahakarya kolaborasi Elwin Mok, visual creative consultant KTT G20, Rubi Roesli, desainer Bamboo Dome, dan Ashar Saputra, pakar bambu dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca juga: Ketika Menteri PUPR Mendadak Jadi Fotografer di KTT G20: Itu Memang Hobinya

Ashar Saputra mengatakan ide menggunakan bahan utama bambu ini adalah mencari sesuatu yang unik.

Bambu dipilih karena keunikannya sebagai bahan yang mudah dibentuk melengkung karena sifatnya yang lentur dan elastis.

Di samping itu, bangunan bambu juga dikenal kuat atau tahan terhadap guncangan gempa.

“Idenya dari para desainer itu adalah di mana di saat dunia itu senang memilih yang artifisial, justru Bali masih memiliki yang original. Bambu  jadi pilihan karena sudah menjadi keseharian masyarakat Bali," ujar Ashar Saputra yang juga Dosen Departemen Teknik Sipil FT UGM dalam keterangan tertulis Humas UGM, Kamis (17/11/2022).

Baca juga: Gelar Festival Danau Poso, Pembakaran Nasi Bambu Pecahkan Rekor MURI

Ashar menjelaskan Bamboo Dome dibangun menggunakan bahan bambu apus. Penyangganya mengunakan bambu petung dari Tabanan.

Proses pengerjaan Bamboo Dome diawali dengan menentukan pondasi, menyusun lengkung-lengkung utama, sampai keseluruhan dapat diuji karena strukturnya lengkung.

Tantangan dalam pembuatan bangunan yaitu dalam membentuk lengkungan yang estetik. Selain estetik, juga memenuhi dari sisi keamanan.

Ashar menceritakan, satu hari sebelum Presiden Joko Widodo mengecek lokasi, Nusa Dua diguyur hujan sangat lebat. Bahkan hujan yang turun disertai dengan angin kencang selama 2 jam.

Saat itu, Ashar berada persis di bawah bangunan yang sedang dikerjakan. Dosen Departemen Teknik Sipil FT UGM pun memperhatikan seluruh bangunan dan kondisi struktur bangunan.

Ternyata, meski diguyur hujan deras disertai angin, struktur bangunan stabil dan tetap kokoh.

Itulah satu momen yang Ashar menyebut moment of truth dalam proses pengerjaan Bamboo Dome.

"Di titik ini saya menjadi yakin dengan keamanan struktur bangunan Bamboo Dome yang hampir 100 persen pengerjaannya, ketika saya tidak dapat menguji secara langsung tetapi bangunan langsung diuji oleh alam," kenangnya.

Berawal dari mendapatkan tawaran

 Ashar Saputra tidak menyangka akan dilibatkan dalam pembuatan Bamboo Dome sebagai lokasi santap siang Presiden Joko Widodo bersama dengan para pemimpin dan delegasi G20.

Ashar Saputra menceritakan awalnya berkomunikasi dengan penggiat bambu dari Bali.

Di dalam komunikasi itu, penggiat bambu dari Bali menawarkan kerja sama dengan panitia dalam pembuatan lokasi jamuan makan para pemimpin dan delegasi G20.

Diakui Ashar, ada berbagai tantangan yang dihadapi terkait tawaran tersebut. Target waktu untuk mempersiapkan relatif singkat. Di sisi lain, lokasi santap siang juga estetik dan aman.

"Para penggiat, perajin bambu disediakan tiga minggu untuk menyelesaikan Bamboo Dome," ujar Ashar Saputra yang juga Dosen Departemen Teknik Sipil FT UGM.

Ashar menyampaikan guna menyelesaikan lokasi berupa Bamboo Dome agar sesuai dengan waktu serta estetik dan aman menuntut kerja sama yang intens antara arsitek, perajin bambu.

"Saya untuk memastikan keamanannya sehingga harus dikawal dengan cukup ketat karena pekerjaannya cukup banyak dan harus zero tolerance terkait keamanan struktur bangunan," ucapnya.

Komitmen dan keseriusan para perajin bambu yang telah cukup lama dikenal Ashar sangat terlihat dalam proses pengerjaan bangunan Bamboo Dome.

Ashar pun sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada para perajin bambu yang yang telah membantu dalam pengerjaan Bamboo Dome .

“Sangat luar biasa, betapa para perajin bambu dari Desa Gianyar ini sangat serius, sungguh-sungguh, berkomitmen. Saya merasa bersyukur, beruntung, dan bangga dapat menjadi bagian dari kerja besar ini dan berharap dapat menyampaikan kepada masyarakat global bahwa di saat dunia cenderung memilih hal-hal yang artifisial tetapi kita masih punya yang masih orisinal," jelasnya.

Melalui momen ini Ashar berharap, bambu dapat dimanfaatkan dan diperkenalkan lebih baik kepada masyarakat.

Selain itu, ia juga berharap di masa depan UGM bisa membuat bangunan yang bagus, lekat dengan Indonesia, dan dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat.

Ashar dikenal sebagai peneliti yang giat mengkaji bambu.

Awal keseriusannya meneliti bambu terjadi pada 2008. Kala itu ia bekerja sama dalam pembangunan sekolah alam internasional yang seluruh bangunannya menggunakan bambu di Bali.

Dari awal kerja sama tersebut ia kenal dengan para penggiat bambu. Sampai saat ini Ashar telah bekerja sama dengan penggiat bambu untuk membuat bangunan bambu, tak hanya di Indonesia, namun juga di beberapa negara seperti Belgia, Cina, dan India.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau