Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga Harga Pangan Saat Nataru, Pemerintah DIY Gelontorkan Subsidi Transportasi bagi Distributor Rp 1,95 Miliar

Kompas.com, 17 November 2022, 15:51 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Jelang Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru), Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memberikan subsidi transportasi bagi distributor bahan pokok di DIY.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan dirinya telah melakukan sidak di dua pasar yakni Pasar Kranggan dan Pasar Beringharjo. Kedua pasar tersebut berada di Kota Yogyakarta.

Dari sidak tersebut Sultan mendapatkan informasi bahwa terdapat kenaikan harga bahan pokok di beberapa komoditi seperti bawang merah dan cabai.

Baca juga: Tekan Inflasi, Pemkot Malang Beri Subsidi Sembako ke Warga Kurang Mampu

"Kalau saya tanya yang di muka pintu dekat Jalan Diponegoro tadi harga cabai rawit Rp 30.000 ribu. Tapi yang di belakang Jalan Kranggan regane (harganya) Rp 28.000 kan beda Rp 2.000, beda lokasi itu," katanya saat sitemui di Pasar Beringharjo, Kamis (17/11/2022).

Menurut dia dengan adanya perbedaan harga antarpedagang ini dapat menimbulkan inflasi di DI Yogyakarta.

Sultan menambahkan sekarang ini sudah terdapat perbedaan dalam penentuan harga. Perbedaan tersebut karena adanya komponen-komponen lain yang mengakibatkan harga naik seperti transportasi dan musim tanam petani.

"Lebih detail lagi banyak masalahnya, musim juga iya. Jadi perlu antisipasi sehingga kami ambil ruang yang lebih netral tanpa mengganggu peran yang dilakukan distributor maupun pedagang. Kami membantu distrubutor untuk kami ganti biaya transport yang diambil alih pemda tidak masuk dari hitungan harga," ujarnya.

Terkait stok pangan di DIY, Sultan mengatakan masih cenderung aman. Dia mencontohkan seperti beras di DI Yogyakarta produksinya melimpah.

"Produk DIY di atas 900 ribu ton yang dimakan 660 (ribu) ton oleh masyarakat Jogja, masih ada selisih 200 ribu ton. Di samping stok dari bulog enggak ada masalah," ucap Sultan.

Sultan menambahkan saat musim hujan seperti sekarang ini, petani di DI Yogyakarta tidak bisa menanam cabai maupun bawang merah karena rentan busuk.

"Nyatanya di pasar ada walaupun harga naik sedikiy ada yang juga turun nggak ada masalah yang penting stok ketersediaan barang harus ada jangan sampai ada kelangkaan yang penting itu," kata dia.

Sementara itu Penjabat Walikota Yogyakarta Sumadi mengatakan terdapat tiga pasar yang menjadi pantauan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta yakni Pasar Kranggan, Demangan, dan Beringharjo yang mendapatkan subsidi transportasi.

Baca juga: BLT Inflasi yang diterima Warga Nunukan Berkurang Rp 50.000, BPD Kaltimtara Berikan Penjelasan

"Tiga pasar jadi acuan seperti pasar tradisional lain. Seperti disampaikan gubernur bisa dikembangkan ke yang lain, persentasi nanti di Pemda DIY, yang jelas per kilonya Rp 2.000 (subsidi)," ucap dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) DIY Syam Arjayanti menjelaskan bantuan dari Pemerintah DIY untuk transportasi total Rp 1,95 miliar yang bersumber dari APBD DIY.

Mekanisme pemberiannya yakni dengan menyalurkan langsung kepada distributor besar. Total sekarang ada 11 distributor besar yang diberi bantuan subsidi transportasi.

Baca juga: Kendalikan Inflasi di Solo, Gibran Gelontorkan Anggaran Rp 1,6 Miliar untuk Paket Sembako Murah

"Kita survei beberapa distributor, yang murah dan mampu sediakan tonase besar. Yang kecil relatif mahal, distributor yang mampu skala besar. Ada beberapa seperti bulog, gapoktan, mampu berikan besar," kata dia.

Ia menjelaskan distributor besar yang dipilih karena dapat memasok kebutuhan pokok dengan skala besar. Dari distributor tersebut pedagang-pedagang kecil dapat mengambil barang dari distributor yang mendapatkan subsidi transportasi, sehingga dapat barang dengan harga lebih rendah.

"Kita enggak bisa kendalikan pengecer. Tapi distributor besar. Yang kecil itu rata-rata enggak punya modal. Ambil barang dulu bayar keri (belakangan). Ternyata mekanismenya gitu. Pinjem barang dulu ke pedagang besar," ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau