YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diusung sebagai calon presiden dalam pemilu presiden (pilpres) 2024 mendatang.
Sampai sekarang, Anies belum mendapatkan wakil presiden. Dia mengaku proses pemilihan wakil presiden masih lama dan tak mau buru-buru.
"Masih September atau Oktober tahun depan, masih panjang. Yang bikin pembicaraan ini ramai kan media," kata dia, Rabu (16/11/2022).
Baca juga: Sempat Bertemu Gibran, Anies Mengaku Tak Bahas Politik
Dia menegaskan bahwa calon wakil presiden yang mendampinginya harus memiliki 3 kriteria utama, pertama adalah berkontribusi pada pemenangan. Kedua, berkontribusi pada stabilitas dukungan partai-partai, dan yang ketiga adalah membantu untuk efektivitas pemerintahan.
"Tiga itu saja. Jadi nanti sambil jalan kita lihat mana yang paling pas, sekarang masih terlalu buru-buru untuk menentukan," jelas Anies.
Baca juga: Anies Baswedan kepada Relawan di Yogya: Kita Bukan Rombongan Pemecah Belah
Terkait banyaknya usulan dari pihak-pihak pendukungnya, menurut dia hal yang wajar dan wujud demokrasi di Indonesia.
"Tapi bahwa ada usulan, ada pandangan itu adalah bagian dari ya dinamika dalam demokrasi sah-sah saja. Tapi tentang nantinya seperti apa finalnya masih panjang," kata dia.
Berita sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membeberkan tiga kriteria untuk memilih figur calon wakil presiden (cawapres).
Adapun Anies diberi hak oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh untuk mencari cawapresnya sendiri.
“Satu, memberikan kontribusi dalam kemenangan. Kedua, membantu memperkuat koalisi, stabilitas koalisi. Ketiga bisa membantu dalam pemerintahan yang efektif,” papar Anies ditemui di Nasdem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta, Senin (17/10/2022).
Namun, ia tak mau terburu-buru menentukan pilihan. Anies merasa masih banyak waktu sebelum Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuka pendaftaran pasangan calon (paslon) capres-cawapres 19 Oktober 2023.
Selain itu, ada Partai Nasdem juga belum membentuk koalisi dengan partai politik (parpol) lain.
“Proses pembentukan koalisi masih berjalan,” ucapnya. Sehingga, ia masih perlu melalui serangkaian proses sebelum menentukan menentukan siapa figur cawapres yang dipilihnya.
“Saya rasa akan lebih bijak apabila proses penentuan pasangan itu dilakukan dengan seksama dan bukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya,” ungkapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.