Editor
KOMPAS.com - Selain berprofesi sebagai anggota kepolisian, Brigadir Polisi Kepala (Bripka) Sutrisno, di Wonogiri, Jawa Tengah, juga menjadi dalang wayang kulit.
Anggota polisi di Polsek Wuryantoro itu juga sering mengaku menyisipkan pesan-pesan humanis soal keamanan dan ketertiban dalam cerita pewayangan saat pentas.
“Saat pesan-pesan kamtibmas itu saya sampaikan selaku dalang pada pertunjukan wayang kulit, masyarakat mudah memahami dan mengingat. Untuk itu saat menjadi dalang, saya selalu menyelipkannya,” ujar Sutrisno kepada Kompas.com, Jumat (10/6/2022).
Baca juga: Cerita Sigit, Dalang Asal Kendal yang Main di Swiss dan Jerman, Pernah Lupa Bawa Wayang Rahwana
Anggota Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Sumberejo, mengatakan, seni wayang kulit menjadi sarana yang tepat untuk merangkul warga.
Pasalnya, wayang kulit menjadi salah satu tontonan tradisional favorit bagi warga pedesaan di Wonogiri.
Baca juga: Cerita Bripka Sutrisno Jadi Dalang Wayang Kulit, Sampaikan Pesan Cegah Meluasnya PMK di Wonogiri
“Ketika masyarakat rindu pertunjukan wayang kulit kita masukkin sosialisasi baik itu kamtibmas maupun apa yang trending saat ini. Seperti saat pandemi, kami gencar sosialisasi agar masyarakat disiplin menerapkan prokes,” kata Sutrisno, pria kelahiran Klaten, 12 Januari 1981 itu.
“Dengan cara ini wayang bisa tetap lestari di tengah masyarakat. Dan lewat wayang pesan-pesan kamtibmas bisa kami sampaikan secara humanis kepada masyarakat,” tambahnya.
JADI DALANG--Bripka Sutrisno, Bhabinkamtibas Sumberejo, Polsek Wuryantoro-Polres Wonogiri menjadi dalang wayang kulit. Saat menjadi dalang, Bripka menyampaikan pesan-pesan kamtibmas yang humanis kepada publik. Sutrisno menekuni seni dalang wayang kulit sejak tiga tahun terakhir ini.
Hal itu berawal saat Sutrisno ditunjuk menjadi pemandu acara di sebuah acara campur sari di hajatan warga.
Seperti biasa, dirinya memakai wayang dalam memandu acara tersebut. Lalu aksinya itu ternyata mendapat dukungan dan memintanya lebih serius belajar wayang.
Dirinya pun berinisiatif belajar dari dalang kondang Ki Anom Suroto. Sutrisno pun mengaku banyak menimba ilmu pewayangan dari Ki Anom Suroto tersebut.
“Dari situ banyak masyarakat yang suka. Kemudian saya ia berlajar sulukan ke adiknya Pak Anom Suroto lalu dikenalkan langsung dengan beliau (Ki Anom Suroto). Setelah diuji dengan satu sulukan oleh beliau disampaikan bahwa suara kami sama,” tutur Sutrisno.
Kecintaannya dengan wayang kulit membuat suami Anggraini Wulansari ini berusaha keras untuk mengenalkan budaya wayang kulit ke generasi muda.
Ayah empat anak tersebut juga masih menyempatkan diri mengajar seni karawitan di sekolah-sekolah yang memiliki alat gamelan.
Sutrisno mengatakan, menjadi dalang adalah salah satu cara menjaga budaya asli Indonesia tetap langgeng.
Seperti diketahui, Sutrisno dan Anggraini dikaruniai empat anak, yaitu Rio Dimas, Kirania Dwi, Raditya Titan dan Adriano Delon.
Sebagai informasi, selama mendalami seni pewayangan, Sutrisno diberi nama tambahan Anom oleh Ki Anom Suroto.
Menurutnya, pemberian nama itu tak lepas dari pengalaman pribadi dalang kondang itu saat pentas di Polresta Surabaya.
“Waktu saat disiarkan disebut namanya menjadi Anom Suroto kemudian namanya tambah tenar. Kemudian bapak ( Ki Anom Suroto) berpikir nama Anom itu berasal tambahan dari polisi. Untuk itu nama itu (Anom) dikembalikan kepada anggota polisi juga,” tutur Sutrisno.
Terkait hal itu, Sutrisno pun meminta izin kepada keluarga besar Ki Anom Sutrisno.
“Keluarga lalu meminta untuk segera memakainnya dan menggelar syukuran atas nama tersebut,” kata Sutrisno.
Seperti diberitakan sebelumnya, aksi Sutrisno itu mendapat dukungan banyak pihak.
Salah satunya dari Kapolres Wonogiri, AKBP Dydit Dwi Susanto yang memberikan apresiasi terhadap inovasi yang dilakukan Bripka Sutrisno.
"Saya berharap inovasi yang dibuat Bripka Sutrisno dapat menginspirasi anggota lain dalam melaksanakan tugas -tugasnya sebagai anggota Polri," demikian Dydit.
Menurut Dydit, pesan kamtibmas melalui wayang mengena di hati masyarakat.
(Penulis : Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor : Ardi Priyatno Utomo)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang