"Kadang pakai jenis jip, tapi juga tak jarang membawa truk pengangkut pasukan saat pulang," kata Sutopo.
Saat bersama keponakan itu, Sugiyono sering bercerita mengenai ssuahnya menjadi tentara.
"Jadi tentara berat. Jadi saat dewasa jangan masuk (tentara) biar Om saja," ucap Sutopo menirukan perkataan omnya itu.
Sugeng mengatakan, saat kematian Kolonel Sugiyono diketahui keluarga besar. Sang ibu yakni Sutiyah sangat terpukul. Apalagi Sugiyono adalah anak yang disayangi keluarga besar.
Sutinah yang mengetahui anaknya gugur ditangan PKI menjadi syok dan sakit-sakitan. Kesehatannya terus menurun hingga akhirnya meninggal dunia.
"Meninggalnya (Sutinah) kurang dari satu tahun setelah kepergian Om Gik," katanya.
Pada saat pemakaman sang nenek dilakukan dengan cara kemiliteran. Padahal, tidak yang berasal dari keluarga militer karena yang menjadi tentara hanya Sugiyono.
Diketahui, Sugiyono ditemukan tewas di sebuah lubang yang terletak di Padukuhan Kentungan, Kalurahan Condongcatur, Kapanewon Depok.
Lubang ini menjadi saksi bisu peristiwa gugurnya dua Pahlawan Revolusi Brigadir Jenderal (anumerta) Katamso Darmokusumo dan Kolonel Infantri (anumerta) Sugiyono. Peristiwa berdarah ini terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965. Lubang tersebut kemudian disebut sebagai "Lubang Buaya" Yogyakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.