Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri: Sejarah dan Daftar Nama Raja yang Dimakamkan

Kompas.com - 22/09/2022, 22:44 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Makam Raja Imogiri atau Pajimatan Imogiri adalah kompleks makam bagi raja-raja Mataram Islam beserta keturunannya, yang dibangun oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1632.

Di kompleks makam yang luasnya mencapai 10 hektar ini dimakamkan raja-raja yang pernah bertahta di Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta beserta keluarganya.

Baca juga: Jelajah Makam Raja di Kotagede Yogyakarta

Lokasi Makam Raja Imogiri ini berjarak sekitar 12 Km di sebelah selatan Kota Yogyakarta tepatnya di Bukit Merak, Dusun Pajimatan, Girirejo, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selain terkenal dengan gaya arsitektur makamnya, terdapat pula sekitar 300 anak tangga yang harus dilalui pengunjung untuk mencapai area makam.

Baca juga: Mengenal Astana Girilayu, Kompleks Makam Raja Keraton Puro Mangkunegaran

Sampai saat ini, Makam Raja Imogiri atau Pajimatan Imogiri masih menarik masyarakat untuk datang dan berziarah terutama pada hari-hari tertentu.

Baca juga: Kenakan Baju Jawa Peranakan, Prabowo Ziarah ke Makam Raja Mataram di Jogja

Sejarah Makam Raja-Raja Imogiri

Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 -1645) adalah raja ke-3 yang pernah memerintah di Kesultanan Mataram Islam pada tahun 1613-1645.

Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan.

Dilansir dari laman BPCB DIY, terdapat beberapa sumber tertulis seperti Babad Momana dan Babad ing Sangkala yang menyebut bahwa Sultan Agung memerintahkan pembuatan pemakaman kerajaan tersebut.

Pembangunan kompleks pemakaman raja di Bukit Merak ini dimulai pada tahun 1554 Saka atau 1632 Masehi.

Sultan Agung membangun kompleks makam di Imogiri dengan maksud untuk digunakan sebagai pemakaman keluarga dan keturunan raja-raja Kesultanan Mataram Islam.

Gapura kompleks Makam Imogiri.cagarbudaya.kemdikbud.go.id Gapura kompleks Makam Imogiri.

Sebenarnya waktu itu Sultan Agung telah memerintahkan untuk membangun pemakaman keluarga kerajaan di Bukit Girilaya.

Namun, karena Panembahan Juminah yang mengawasi pembangunannya pemakaman meninggal dan dimakamkan di Giriloyo, maka Sultan Agung memerintahkan untuk membuat pemakaman baru.

Melalui pemilihan lokasi yang tidak sederhana, akhirnya Sultan Agung memilih Bukit Merak sebagai lokasi pembangunan pemakaman.

Pemilihan lokasi makam di tempat yang tinggi ini mengingatkan pada kepercayaan masyarakat di masa lalu bahwa arwah nenek moyang akan bersemayam di tempat yang tinggi.

Sementara dilansir dari laman KIKOMUNAL Kemenkumham RI, sebenarnya Sultan Agung ingin dimakamkan di sebuah tempat di Mekah yang memiliki tanah yang harum.

Namun hal itu diurungkan setelah mendapat pertimbangan dari sahabatnya yang juga seorang ulama, dengan alasan rakyat Mataram akan kesulitan jika ingin mengunjungi makamnya.

Sebagai gantinya, ulama tersebut menyarankan Sultan Agung untuk membawa segenggam tanah yang harum itu untuk dibawa ke Mataram.

Setibanya di Mataram, tanah yang harum tersebut kemudian dilemparkan Sultan Agung dan jatuh di daerah Giriloyo.

Rupanya pembangunan makam bukan hanya mempersiapkan lubang namun membangun kompleks makam yang melibatkan ribuan orang.

Paman Sultan Agung yaitu Gusti Juminah ikut membantu mengawasi pembangunan makam, namun kemudian ia jatuh sakit hingga meninggal dan lalu dimakamkan di kompleks tersebut.

Karena pamannya sudah dimakamkan di Giriloyo, Sultan Agung pun merasa kompleks makam tersebut tidak akan cukup untuk keluarga dan keturunannya.

Sultan Agung pun mengambil sisa tanah yang berbau harum kemudian melemparnya ke selatan dan jatuh di Bukit Merak.

Di tempat inilah kompleks makam akhirnya dibangun dan dibagi menjadi beberapa bagian yang dimaksudkan tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga untuk keluarganya.

Makam Sultan Agung Hanyokrokusumo di Kompleks Makam Raja Imogiri.Dok.BPCB DIY Makam Sultan Agung Hanyokrokusumo di Kompleks Makam Raja Imogiri.

Hingga akhirnya pada tahun 1645 Sultan Agung wafat dan sesuai keinginannya maka jasadnya pun dimakamkan di tempat tersebut.

Makam Sultan Agung menjadi makam pertama sekaligus makam induk yang disebut Kasultanagungan.

Setelah itu barulah kompleks makam ini digunakan sebagai makam untuk raja-raja setelahnya.

Adapun setelah terjadinya Perjanjian Giyanti, kompleks makam ini terbagi dua yaitu bagian barat untuk makam raja-raja Kasunanan Surakarta dan bagian timur Kasultanan Yogyakarta.

Asal Nama Pajimatan Imogiri

Nama Pajimatan Imogiri yang disematkan pada Makam Raja Imogiri berasal dari gabungan dua suku kata ‘pajimatan’ dan ‘imogiri’.

Pajimatan berasal dari kata ‘jimat’ yang mendapat awalan pa- dan akhiran –an, untuk menunjukkan tempat, sehingga bermakna sebagai tempat untuk jimat atau tempat pusaka.

Sedangkan Imogiri atau Imagiri berasal dari kata ‘ima’ atau ‘hima’ yang berarti berawan atau awan yang meliputi gunung, dan giri yang berarti gunung.

Dengan begitu nama Pajimatan Imagiri bermakna sebagai gunung berawan/gunung tinggi yang merupakan tempat bersemayamnya jimat/pusaka bagi kerajaan Mataram Islam.

Ratusan anak tangga yang harus dilewati untuk menuju Kompleks Permakaman Imogiri.Dok.BPCB DIY Ratusan anak tangga yang harus dilewati untuk menuju Kompleks Permakaman Imogiri.

Daftar Raja-Raja yang Dimakamkan di Imogiri

Kompleks Makam Raja Imogiri dibagi menjadi delapan kelompok makam yang masing-masing disebut dengan kedaton.

Berikut ini adalah nama kedelapan kedaton beserta raja-raja yang dimakamkan di setiap kedaton tersebut.

1. Kedaton Sultan Agungan : Sultan Agung, Sunan Amangkurat II, Sunan Amangkurat III.
2. Kedaton Pakubuwanan : Sunan Paku Buwana I, Sunan Amangkurat IV, Sunan Paku Buwana II.
3. Kedaton Bagusan/Kasuwargan : Sunan Paku Buwana III, Sunan Paku Buwana IV, Sunan Paku Buwana V
4. Kedaton Astana Luhur : Sunan Paku Buwana VI, Sunan Paku Buwana VII, Sunan Paku Buwana VIII, Sunan Paku Buwana IX
5. Kedaton Girimulyo : Sunan Paku Buwana X, Sunan Paku Buwana XI
6. Kedaton Kasuwargan Yogyakarta : Sultan Hamengku Buwana I dan III
7. Kedaton Besiyaran: Sultan Hamengku Buwana IV, Sultan Hamengku Buwana V, Sultan Hamengku Buwana VI
8. Kedaton Saptarengga : Sultan Hamengku Buwana VII, Sultan Hamengku Buwana VIII, Sultan Hamengku Buwana IX

Sumber:
bpcbdiy.kemdikbud.go.id 
kikomunal-indonesia.dgip.go.id
bantulpedia.bantulkab.go.id 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Yogyakarta
Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, 'Ngeyel' Bakal Dicopot

Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, "Ngeyel" Bakal Dicopot

Yogyakarta
Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Yogyakarta
Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Yogyakarta
Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Yogyakarta
Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Yogyakarta
Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Yogyakarta
Nekat Merokok, 11 Penumpang KAI Diturunkan Paksa sepanjang 2024

Nekat Merokok, 11 Penumpang KAI Diturunkan Paksa sepanjang 2024

Yogyakarta
Mesum di Sekolah, Dua Guru di Gunungkidul Dipecat

Mesum di Sekolah, Dua Guru di Gunungkidul Dipecat

Yogyakarta
Viral, Video Roda Depan Dicuri tetapi Sepeda Motor Ditinggal di Yogyakarta

Viral, Video Roda Depan Dicuri tetapi Sepeda Motor Ditinggal di Yogyakarta

Yogyakarta
3 Bocah di Gunungkidul Diamankan Polisi, Curi Kotak Infak untuk Beli Bensin dan Rokok

3 Bocah di Gunungkidul Diamankan Polisi, Curi Kotak Infak untuk Beli Bensin dan Rokok

Yogyakarta
13 Pengedar Obat Terlarang di Yogyakarta Ditangkap, Modus Dijual Lewat Facebook

13 Pengedar Obat Terlarang di Yogyakarta Ditangkap, Modus Dijual Lewat Facebook

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com