Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prihatin Suporter PSS Sleman Dikeroyok hingga Tewas, Sultan: Kenapa Kekerasan yang Diutamakan

Kompas.com - 30/08/2022, 17:36 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku prihatin atas pengeroyokan yang membuat salah satu suporter PSS Sleman meninggal dunia. Pasalnya, pelaku pengeroyokan suporter itu ada yang sudah berumur dewasa.

"Kita prihatin, kenapa kekerasan yang diutamakan. Dalam arti fisik ya sampai meninggal, kenapa harus seperti itu. Ini kan sudah enggak muda lagi karena ada yang umur 40 tahun," ujar Sultan, Selasa (30/8/2022).

Menurut Sultan seharusnya suporter yang sudah dewasa menjadi pengayom dan pelindung bagi yang berusia belia.

Baca juga: Suporter PSS Sleman Tewas Dianiaya, Wabup: Jadi Masukan Ubah Kick Off Jangan Terlalu Malam

"Mestinya mereka memberikan perlindungan bukan malah melakukan perbuatan yang sama (kekerasan)," kata Ngarsa Dalem.

Sultan menyayangkan kenapa suporter-suporter dewasa ini justru memiliki pemikiran yang pendek hingga melakukan pengeroyokan yang berakibat satu orang meninggal dunia.

"Kenapa sedemikian pendek cara berpikirnya dan perasaannya sangat menyedihkan," kata dia.

Untuk mendamaikan kelompok suporter ini menurut Sultan dibutuhkan hati yang legowo. Menurutnya jika suatu saat kedua suporter dipertemukan seharusnya sudah tidak ada rasa saling mengalahkan.

"Ya sulit, kita bisanya hanya berharap kalau manusia beringas punya pertimbangan sangat harus mengalahkan lawan dengan segala cara," kata dia.

Ada dua syarat menurut Sultan agar suporter dapat berdamai di kemudian hari. Pertama adalah kedua belah pihak harus merasa sama dan sebanding. Kedua harus ada memiliki win win solution dari masing-masing pihak. 

"Bagaimana mereka merasa aman dan nyaman. Kalau datang harus lebih unggul enggak bisa. Berarti kan mengalahkan yang lain kalau seperti itu, enggak bisa, harus ada kesadaran," katanya.

Sultan menambahkan dengan adanya kasus ini maka seharusnya yang diajarkan soal nilai-nilai sportivitas bukanlah pemain sepak bola tetapi justru suporternya.

"Untuk apa, suporter melakukan kekerasan fisik. Sportivitas itu yang perlu dididik bukan pemain tetapi suporternya," tandas Sultan.

Diberitakan sebelumnya, Sebanyak 12 orang ditetapkan menjadi tersangka kasus penganiayaan yang berujung tewasnya seorang suporter PSS Sleman, Aditya Eka Putranda.

Peristiwa penganiayaan ini terjadi pada Sabtu (27/8/2022) di palang pintu perlintasan kereta api Jalan Bibis, Mejing Kidul, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta.

Wakapolres Sleman, Kompol Andhyka Donny Hendrawan mengatakan, awal mulanya rombongan korban pulang dari Stadion Maguwoharjo melewati Jalan Bibis, Ambarketawang, Gamping.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Narapidana Kasus Pencurian Kabur dari Lapas Kelas II B Klaten

Narapidana Kasus Pencurian Kabur dari Lapas Kelas II B Klaten

Yogyakarta
Akui Lakukan Kekerasan Seksual, Dosen UPN Veteran Yogyakarta Buat Surat Pernyataan Permohonan Maaf

Akui Lakukan Kekerasan Seksual, Dosen UPN Veteran Yogyakarta Buat Surat Pernyataan Permohonan Maaf

Yogyakarta
Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Latihan Bela Diri, Ini Penjelasan Pihak Kampus

Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Latihan Bela Diri, Ini Penjelasan Pihak Kampus

Yogyakarta
Sampah dari Sleman Dibuang ke Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul, Begini Respons Sultan

Sampah dari Sleman Dibuang ke Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul, Begini Respons Sultan

Yogyakarta
Jemaah Haji dari DI Yogyakarta Tetap Berangkat dari Bandara Adi Soemarmo Solo

Jemaah Haji dari DI Yogyakarta Tetap Berangkat dari Bandara Adi Soemarmo Solo

Yogyakarta
KPU Kota Yogyakarta Minta Caleg Terpilih Segera Lapor LHKPN agar Bisa Dilantik

KPU Kota Yogyakarta Minta Caleg Terpilih Segera Lapor LHKPN agar Bisa Dilantik

Yogyakarta
 Sampah dari Sleman Ketahuan Dibuang ke Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul

Sampah dari Sleman Ketahuan Dibuang ke Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul

Yogyakarta
3 Kera Ekor Panjang Terlihat di Permukiman Warga Sleman, Ini Penjelasan TNGM

3 Kera Ekor Panjang Terlihat di Permukiman Warga Sleman, Ini Penjelasan TNGM

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 6 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 6 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 6 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 6 Mei 2024, dan Besok : Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Antisipasi Konvoi Kelulusan, Polres Bantul Siagakan Ratusan Personel, Tindakan Tegas Disiapkan

Antisipasi Konvoi Kelulusan, Polres Bantul Siagakan Ratusan Personel, Tindakan Tegas Disiapkan

Yogyakarta
Sakit, Mantan Bupati Bantul Suharsono Meninggal Dunia

Sakit, Mantan Bupati Bantul Suharsono Meninggal Dunia

Yogyakarta
Pengunjung Pantai Watulawang Gunungkidul Tewas Terseret Ombak

Pengunjung Pantai Watulawang Gunungkidul Tewas Terseret Ombak

Yogyakarta
Viral, Cahaya Hijau di Langit Yogyakarta

Viral, Cahaya Hijau di Langit Yogyakarta

Yogyakarta
Tuai Kecaman, Pendaki yang Nyalakan 'Flare' di Puncak Gunung Andong Diburu Polisi

Tuai Kecaman, Pendaki yang Nyalakan "Flare" di Puncak Gunung Andong Diburu Polisi

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com