Kebutuhan rumah dibiayai dari hasil semua panen itu. Hasil panen dijual ke pasar, uangnya untuk membeli beras, sayur, dan lauk.
“Alhamdulillah tidak pernah kekurangan,” kata Saolah.
Lansia enam cucu itu mengingat kembali masa lalu. Saat itu, Gisam dan Saolah mendapat bantuan bedah rumah. Mereka menempatkan material bongkaran di samping rumah.
Sebelum itu, mereka mencabut beberapa batang singkong lalu diberdirikan begitu saja di pohon jeruk manis. Kemudian Batang singkong itu dibiarkan begitu saja.
Saolah kerap menempatkan daun-daun yang disapu dari halaman rumah pada sekeliling akar jeruk dan batang singkong yang berdiri. Setelah 18 bulan berlalu, singkong itu tumbuh begitu saja hingga besar.
Setelah tercabut dari tanah, Gisam dan Saolah menjualnya. Uang hasil jualan untuk membeli bumbu dapur dan bensin.
Salah satu dari tiga anaknya kebetulan mampir selepas waktu shalat Jumat. Mengetahui rencana menjual singkong, anak mereka itu inisiatif memfoto singkong lalu mengunggahnya ke media sosial. Selepas tengah hari, beberapa orang datang untuk menawar singkong.
Saolah dan Gisam akhirnya menjual singkong ke beberapa pedagang penganan. Ada yang penjual klemet (katimus), gorengan cemplon (misro) dan geblek (semacam cireng).
“Total semuanya 63 kilogram. Salah satu yang paling besar beratnya 22 kg. Kami menjual Rp 2.500 (per kilogram),” kata Saolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.