Salin Artikel

Lansia Temukan Singkong Raksasa di Halaman Rumah, Berawal dari Menyapu dan Kehabisan Bawang

Selagi menyapu, pikiran Saolah menerawang. Pasalnya, ia berniat masak sayur waluh (buah labu) hari itu, namun kehabisan bawang. Di saat yang sama, anaknya juga baru saja memerlukan uang untuk membeli BBM untuk motornya.

Saolah kemudian berpikir hasil kebun mana yang akan dijual untuk menghasilkan uang. Nantinya uang tersebut digunakan untuk membeli bumbu dapur dan memberi uang bensin  anaknya.

Sambil berpikir dan menyapu, kakinya menginjak gundukan kecil tanah. Gundukan terletak pada pangkal batang singkong. Tampak samar umbi singkong di permukaan tanah. Ia pun berniat mencabutnya.

“Saat itu, saya sedang berpikir untuk membeli bumbon (bumbu dapur, Jawa) dan memberi uang anak untuk beli bensin,” kata Saolah di rumahnya, Senin (20/6/2022).

Saolah pun memanggil Mbah Gisam, suaminya yang sudah berumur 80 tahun. Mbah Gisam juga dikenal sebagai Muh Supriyadi.

Gisam dan Saolah mencoba menggali singkong tapi tetap tidak tercabut. Mereka memanggil anaknya untuk ikut membantu, tapi umbi singkong d sulit lolos dari tanah.

Gisam berinisiatif menggunakan tambang untuk mencabut singkong. Akhirnya singkong bisa tercabut semuanya.

Betapa terkejut umbi singkong itu berukuran raksasa dan terdiri dari banyak bagian. Umbi paling besar seberat 22 kilogram dengan tinggi hampir sampai dagu mereka. Lalu ada salah satu singkong yang panjangnya satu meter.

“Selain 22 kg, ada yang 11 kg, 13 kg. Ada satu yang paling panjang 1 meter tapi agak kecil,” kata Gisam.

Dijual ke Pedagang Penganan

Saolah dan Gisam merupakan buruh tani. Mereka mengandalkan hasil kebun dari lahan seluas 500 m2. Terdapat rumah batu 96 m2 di lahan itu.

Mereka menanam berbagai jenis tumbuhan yang bisa dikonsumsi maupun dijual. Beberapa di antaranya, pohon kopi, pohon kelapa, pohon pisang, 50 pohon salak, pohon kimpul atau talas, hingga kapulaga.

Setelah memanen, Saolah dan Gisam menjual hasil kebunnya ke pasar Jonggrangan.

“Kalau tidak ada anak ya saya pikul ke pasar dan dijual. Pernah memikul dua (tandan) pisang bawa jalan ke pasar (sejauh) dua kilometer. Hasil semuanya Rp 40.000,” kata Saolah.

Kebutuhan rumah dibiayai dari hasil semua panen itu. Hasil panen dijual ke pasar, uangnya untuk membeli beras, sayur, dan lauk.

“Alhamdulillah tidak pernah kekurangan,” kata Saolah.

Lansia enam cucu itu mengingat kembali masa lalu. Saat itu, Gisam dan Saolah mendapat bantuan bedah rumah. Mereka menempatkan material bongkaran di samping rumah.

Sebelum itu, mereka mencabut beberapa batang singkong lalu diberdirikan begitu saja di pohon jeruk manis. Kemudian Batang singkong itu dibiarkan begitu saja.

Saolah kerap menempatkan daun-daun yang disapu dari halaman rumah pada sekeliling akar jeruk dan batang singkong yang berdiri. Setelah 18 bulan berlalu, singkong itu tumbuh begitu saja hingga besar.

Setelah tercabut dari tanah, Gisam dan Saolah menjualnya. Uang hasil jualan untuk membeli bumbu dapur dan bensin.

Salah satu dari tiga anaknya kebetulan mampir selepas waktu shalat Jumat. Mengetahui rencana menjual singkong, anak mereka itu inisiatif memfoto singkong lalu mengunggahnya ke media sosial. Selepas tengah hari, beberapa orang datang untuk menawar singkong.

Saolah dan Gisam akhirnya menjual singkong ke beberapa pedagang penganan. Ada yang penjual klemet (katimus), gorengan cemplon (misro) dan geblek (semacam cireng).

“Total semuanya 63 kilogram. Salah satu yang paling besar beratnya 22 kg. Kami menjual Rp 2.500 (per kilogram),” kata Saolah.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/06/21/055000378/lansia-temukan-singkong-raksasa-di-halaman-rumah-berawal-dari-menyapu-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke