Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klitih Yogyakarta, dari Pertikaian Pelajar yang Berkembang Jadi Kejahatan Jalanan

Kompas.com - 10/04/2022, 15:05 WIB
Rachmawati

Editor

 

'Tradisi' turun temurun

Marsel -bukan nama sebenarnya— mengatakan bahwa klitih sudah menjadi "tradisi" turun temurun di SMA di Yogyakarta. Marsel sendiri pernah menjadi bagian dari kelompok klitih di sekolahnya pada era 2007 hingga 2008.

Ketika baru duduk di bangku kelas 1 SMA, kakak kelas yang tergabung dengan kelompok klitih telah memetakan adik-adik kelasnya untuk direkrut.

"Begitu dikumpulin semua jadi satu, sudah ada list-nya SMA musuh yang mana. Kalau enggak mau masuk geng, kalau suatu saat terkena klitih ya enggak bakalan dibantu," kata Marsel kepada BBC News Indonesia.

Marsel sendiri tidak memahami bagaimana SMA tertentu dikategorikan sebagai "musuh", sedangkan yang lainnya sebagai "kawan". Yang jelas, doktrin mengenai siapa musuh dan siapa lawan terus dicekoki oleh para senior, bahkan alumni dari sekolahnya.

Baca juga: Pakar Hukum UGM: Pelaku Klitih di Bawah Umur Bisa Dipidana

"Ya dipanas-panasin terus, namanya anak muda hasratnya masih menggebu-gebu, ya sudah akhirnya terbentuk mindset bawah itu musuh kita," ujar Marsel.

Pada masa itu, Marsel dan teman-temannya biasanya beraksi pada sore hari dengan menargetkan siswa dari sekolah musuh.

"Lalu ditanya, 'kamu dari SMA mana?' kalau ternyata SMA musuh ya diserang," kata dia.

Namun Marsel menambahkan, mereka memiliki aturan tersendiri untuk tidak menyerang pelajar perempuan atau pelajar yang sedang berpacaran. Mereka tidak akan menyerang orang lain secara acak.

Baca juga: Mengenal Klitih Yogyakarta: Sejarah, Perkembangan, dan Sasarannya

Marsel juga pernah ditangkap polisi. Namun pada saat itu klitih hanya dipandang sebagai bentuk kenakalan remaja, sehingga dia hanya diminta wajib lapor selama seminggu.

Kini Marsel mengaku menyesal atas apa yang dia lakukan semasa SMA. "Penyesalan itu pasti ada, ngapain gitu melakukan itu," kata dia.

Kepada para pelajar yang kini masih aktif menjadi klitih, Marsel berpesan, "mending enggak usah, karena enggak ada gunanya. Kesenangannya cuma sementara".

Bahkan bagi dia yang merupakan mantan klitih pun, kondisi di Yogyakarta saat ini sudah sangat meresahkan.

"Karena ini sudah bukan pertikaian antar-pelajar lagi, sudah acak korbannya. Bepergian jadi resah juga, jadi terbatas terutama kalau malam hari," kata dia.

Baca juga: Sosiolog Nilai Aksi Klitih karena Doktrin Kelompok

'Nyilih tangan' hingga indikasi 'bisnis keamanan'

IlustrasiFREEPIK.com Ilustrasi
Sosiolog kriminal UGM, Suprapto, mengatakan struktur organisasi klitih telah berkembang.

Dari yang semula terdiri dari pelajar murni yang masih duduk di bangku SMA, kemudian melibatkan para alumni yang ikut mendoktrin dengan dalih menjaga solidaritas almamater.

Selain itu, keberanian para pelajar dalam beraksi juga dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain. Salah satunya, menurut Suprapto, oleh organiasi yang menjual jasa keamanan.

Ketika ditanya siapa kelompok yang dimaksud, Suprapto menuturkan bisa berupa geng kriminal atau para alumni itu sendiri.

Para pelajar juga dimanfaatkan sebagai "tameng" dalam melakukan aksi karena usianya yang masih di bawah umur membuat mereka hanya akan mendapat hukuman ringan apabila tertangkap.

Baca juga: Sosiolog UGM Sebut Fenomena Klitih di Yogyakarta Muncul antara Tahun 2004-2009

Oleh Suprapto, hal ini disebut sebagai "nyilih tangan".

"Bahkan mereka diberi doktrin, dibekali senjata dari yang dulunya batu sekarang mengenal celurit. Itu tidak mungkin dilakukan pelajar atau remaja kalau tidak difasilitasi pihak lain," kata Suprapto.

Dalam kasus yang menimpa Daffa dan Bobi, Suprapto meyakini pelakunya sama-sama kelompok klitih apabila dilihat dari motifnya yang sekadar untuk melukai korban.

Tetapi Suprapto juga meyakini bahwa pelaku klitih tidak memilih korbannya secara acak.

Dalam kasus Daffa, dia yakin bahwa korban telah diidentifikasi sebagai kelompok musuh dan ditargetkan oleh geng klitih yang terdiri dari pelajar murni. Sedangkan dalam kasus Bobi, bisa jadi pelaku "salah sasaran".

Baca juga: Viral Unggahan Korban Dipukul Pakai Kaca oleh Pengendara di Yogyakarta, Polisi: Jangan Mudah Ngomong Klitih

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Polemik UKT di UGM dan Pentingnya Mengawal Kebijakan...

Polemik UKT di UGM dan Pentingnya Mengawal Kebijakan...

Yogyakarta
TPA Regional Piyungan Ditutup, Bantul Klaim Siap Mengelola Sampah

TPA Regional Piyungan Ditutup, Bantul Klaim Siap Mengelola Sampah

Yogyakarta
KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Yogyakarta
Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Yogyakarta
Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting 'Charger' HP

Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting "Charger" HP

Yogyakarta
Penjelasan BPS soal Nangka Muda Jadi Penyumbang Inflasi di Kota Yogyakarta

Penjelasan BPS soal Nangka Muda Jadi Penyumbang Inflasi di Kota Yogyakarta

Yogyakarta
UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

Yogyakarta
Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Yogyakarta
Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Yogyakarta
YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

Yogyakarta
Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com