Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klitih Yogyakarta, dari Pertikaian Pelajar yang Berkembang Jadi Kejahatan Jalanan

Kompas.com - 10/04/2022, 15:05 WIB
Rachmawati

Editor

 

Pola penyerangan 'semakin acak'

Bobi sendiri sebetulnya tidak asing dengan klitih. Ketika masih duduk di bangku SMA, beberapa teman satu angkatannya di sekolah banyak yang bergabung dengan kelompok klitih.

Namun pada saat itu, aksi saling serang hanya terjadi antar-pelajar dari sekolah yang bermusuhan. Permusuhan ini telah terjadi sejak lama dan berlangsung turun temurun.

Oleh sebab itu, penyerangan malam itu membuat Bobi bertanya-tanya: mengapa dia menjadi korban penyerangan?

"Yang bikin kaget semakin ke sini pola penyerangannya semakin acak ke korban dan mereka berani bawa senjata tajam. Zaman aku SMA paling mentok pukul-pukulan helm atau pakai kayu, tapi sekarang pakai senjata tajam," kata Bobi.

Baca juga: Klitih Makin Mengancam, IPW Desak Polisi Perkuat Intel untuk Identifikasi Aktor Kekerasan

Pada Minggu (3/4/2022), Yogyakarta kembali digemparkan oleh tewasnya seorang pelajar kelas 2 SMA yang menjadi korban klitih bernama Daffa Adzin Albasith, yang merupakan putra dari anggota DPRD Kebumen, Makdhan Anis.

Daffa meninggal karena luka di kepala setelah terkena kibasan gir. Itu terjadi ketika korban dan teman-temannya mengejar pelaku yang memancing mereka dengan sengaja menarik gas di dekat motor mereka.

Peristiwa itu kembali memantik keresahan warga di Yogyakarta akan aksi klitih yang terus berulang.

Pada akhir 2021, keresahan akan hal ini juga telah menggema di media sosial dengan tagar #JogjaDaruratKlitih.

Pada 2021, Polda DIY mencatat terjadi 58 kasus kejahatan jalanan. Jumlahnya meningkat enam kasus apabila dibandingkan dengan tahun 2020.

Baca juga: Menyoal Aksi Klitih dan Dilema Penegakan Hukum...

Apa itu klitih dan mengapa kini erat dengan kejahatan jalanan?

KOMPAS.com / Wijaya KusumaKapolresta Kota Yogyakarta, Kombes Pol Tommy Wibisono saat menunjukan senjata celurit yang digunakan SR untuk membacok korban KOMPAS.com / Wijaya Kusuma
Pakar sosiologi kriminal dari Universitas Gadjah Mada, Suprapto, mengatakan klitih sebetulnya berarti sebagai kegiatan mengisi waktu luang dengan makna yang positif.

Suprapto - yang pernah meneliti mengenai klitih pada 2004-2009 — mengatakan istilah "klitih" kemudian diadopsi oleh pelajar di Yogyakarta sebagai kegiatan mencari musuh.

Pertikaian antar-SMA di Yogyakarta, menurut dia, telah terjadi sejak lama dan terus langgeng dari generasi ke generasi. Pertikaian itu memunculkan solidaritas almamater dan diwujudkan dalam bentuk pertikaian, dulunya berupa tawuran antar-pelajar.

Pada 2004-2005, Pemerintah Kota Yogyakarta kemudian menerbitkan aturan bahwa pelajar yang terlibat tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Banyak pelajar sadar dan enggan diajak tawuran.

Baca juga: Fenomena Klitih hingga Perang Sarung Meresahkan, Kita Bisa Apa?

"Karena sulit mengajak teman-temannya untuk tawuran, pelajar yang kecewa, yang tidak bisa berprestasi, ingin unjuk diri, maka pelampiasannya dengan menunjukkan kekuatan fisik," tutur Suprapto kepada BBC News Indonesia.

Kekuatan fisik itu kemudian mereka tunjukkan dengan keluyuran menggunakan sepeda motor dengan tujuan mencari musuh.

"Tetapi kan mereka enggak mungkin mau pamitan mencari musuh, maka mereka menggunakan terminologi klitih. Tapi karena tujuannya mencari musuh ujungnya menjadi kejahatan yang dilakukan di jalanan," jelas dia.

Sejak saat itu lah, kata "klitih" mengalami pergeseran makna menjadi negatif.

Baca juga: Anggota DPR Sebut Tindakan Klitih Mirip Teroris, Harus Diberantas Sampai Akarnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Yogyakarta
Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Yogyakarta
Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting 'Charger' HP

Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting "Charger" HP

Yogyakarta
Penjelasan BPS soal Nangka Muda Jadi Penyumbang Inflasi di Kota Yogyakarta

Penjelasan BPS soal Nangka Muda Jadi Penyumbang Inflasi di Kota Yogyakarta

Yogyakarta
UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

Yogyakarta
Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Yogyakarta
Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Yogyakarta
YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

Yogyakarta
Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Dikabarkan Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot di Partai Golkar, Singgih: Siapa yang Bilang?

Dikabarkan Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot di Partai Golkar, Singgih: Siapa yang Bilang?

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com