KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X meminta polisi bertindak tegas dan menangkap pelaku penganiayaan yang menewaskan remaja berusia 18 tahun asal Kebumen, Jawa Tengah.
Korban yang bernama Dafa Adzin Albasith (18) tersebut ditemukan tak bernyawa di daerah Gedongkuning, Kota Yogyakarta, Minggu (13/4/2022).
"Saya kira karena ini pelanggaran pidana. Dicari saja (pelakunya) kemudian diproses (hukum). Kalau menurut saya itu sudah berlebih. Diproses saja secara hukum" jelas Sri Sultan HB X saat ditemui di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (4/4/2022).
Baca juga: Polisi Sebut Pelaku Klitih di Solo Sering Konsumsi Pil Koplo
Sementara itu, terkait dugaan pelaku adalah sekelompok remaja yang sering disebut klitih, Sri Sultan HB X tetap mendesak aparat kepolisian untuk tegas demi memberikan efek jera.
"Iya (diproses hukum meski pelaku anak-anak). Anak ini (melakukan tindak) pidana ya (karena korban) sampai meninggal," tegasnya.
"Usianya (pelaku) saya nggak tahu, makannya itu satu-satunya cara hanya diproses hukum karena hanya dengan cara seperti itu kita bisa mengatasi persoalan (klitih)," tambah Sri Sultan HB X.
Baca juga: Dafa, Anak DPRD Kebumen Tewas Diduga Dianiaya Klitih di Yogyakarta, Polisi: Lebih Tepatnya Tawuran
Sementara itu, salah satu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma (USD) Drs. R. Budi Sarwono, M.A, mengatakan, lima tahun lalu sejumlah pihak telah merumuskan langkah pencegahan aksi kekerasan di jalanan Kota Yogyakarta.
Dosen yang telah membuat penilitian soal klitih pada tahun 2018 itu pun mendesak agar Peraturan Daerah (Perda) Ketahanan Keluarga di Yogyakarta dimaksimalkan penerapannya.
Selain itu, masyarakat luas, khususnya keluarga, juga harus terlibat dalam mengatasi masalah tersebut.
"Lima tahun yang lalu sudah terjadi sebuah kolaborasi besar antara aparat kepolisian (POLDA DIY) Dinas Pendidikan Propinsi DIY, yang melibatkan LSM, Psikolog, Pedagog dan ilmuwan lain untuk mengurai masalah ini," katanya, kepada Kompas.com, Rabu (6/4/2022).
"Tetapi nampaknya hasilnya masih belum seperti diharapkan. Hanya mengandalkan upaya kuratif dari aparat keamanan tentu tidak cukup, karena data-data dari para anggota genk klitih ini menunjukkan bahwa sebagian besar mereka berasal dari keluarga yang rapuh," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.