Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rizki, Anak Buruh Catering di Yogya Jadi Lulusan Terbaik UNY, Ditinggal Ayah Sejak Kecil

Kompas.com, 27 Februari 2022, 05:30 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Hari Sabtu tanggal 26 Februari 2022 menjadi tidak terlupakan bagi Rizki Oktavianto.

Lewat usahanya yang keras, akhirnya Rizki mengenakan baju toga.

Pria asal Kabupaten Bantul ini mengikuti wisuda di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Rizki Oktavianto lulus dengan predikat cum laude. Rizki menjadi wisudawan terbaik periode Februari 2022 jenjang S1 dengan IPK 3,96.

Baca juga: Sempat Hilang, Sepeda Brompton Milik Mantan Rektor UNY Dikembalikan oleh Pencuri

Kelulusan pria kelahiran Bantul 31 Oktober 1999 ini membuat sang ibu Jariyah bangga.

Perjuangan dan jerih payah sang ibu menjadi buruh perusahaan catering di Melikan Bantul untuk membiayai pendidikan anak semata wayangnya selama duduk di SMA tidaklah sia-sia.

Perjalanan Iik (panggilan Rizki Oktavianto) hingga mencapai prestasi seperti sekarang ini juga tidak mudah.

Di usia 6 tahun, Iik harus kehilangan ayahnya Sumardiyono karena meninggal dunia.

"Ibu selalu berpesan bahwa suatu saat saya harus menjadi orang yang sukses, dan untuk sukses harus menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya dan mencari pengalaman sebanyak mungkin," ujar Rizki Oktavianto dalam keterangan tertulis Humas Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sabtu (26/02/2022).

Baca juga: Pungli di Sekolah Negeri di Yogya, Beli Genset hingga Sumbangan Jutaan Rupiah Ditarik dari Orangtua

Keterbatasan ekonomi membuat Iik harus berjuang lebih keras agar mendapat beasiswa.

Melalui beasiswa itulah Iik bisa melanjutkan sekolahnya. Sang ibu Jariyah selalu menanamkan dan memberikan semangat, bahwa setiap ada niat pasti ada jalan.

Alhasil, melalui usaha dan dukungan serta doa sang ibu, sejak SD Iik sekolah dengan gratis berkat beasiswa dari Hoshizora Foundation dan beasiswa dari Qatar Charity.

Kondisi perekonomian yang sedang kurang baik saat Iik tamat SMP, membuatnya melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Iik sekolah dengan dibiayai oleh saudara dari almarhum ayah.

Saat SMA di Gunungkidul tersebut, Iik harus berpisah dengan ibunya. Iik tinggal di rumah simbahnya. Saudara almarhum ayahnya mengcover biaya SPP sekolah Iik.

Sedangkan uang saku, beli buku, dan kuota internet serta SPP kelas XII didapatkan Iik dari Ibu yang bekerja sebagai buruh di catering selama 3 tahun.

Selama sekolah di SMAN 1 Wonosari, Iik berangkat dan pulang dengan menaiki sepeda. Jarak yang ditempuh kurang lebih 1,25 kilometer dengan medan yang naik turun.

Di SMA, Iik menekuni bidang OSN Ekonomi Akuntansi dan setiap semester pasti mendapat 3 besar ranking paralel, hingga saat lulus mendapatkan predikat sebagai lulusan terbaik jurusan IPS.

Verbal bullying

Semasa SMA, Iik mendapatkan lingkungan pertemanan dan lingkungan sekolah yang sangat supportif. Namun, di lingkungan tempat tinggalnya ia mengalami verbal bullying.

Tekanan mental verbal bullying ini membuatnya nyaris drop out saat kelas XII, namun berkat dorongan gurunya Endah Harminingtyas  yang selalu mendampingi dengan dukungan maksimal, Iik batal drop out.

Iik menjawabnya dengan raihan sejumlah prestasi dan bahkan mendapat beasiswa bidikmisi sebagai bekal studi lanjut.

Baca juga: Di Tengah Langkanya Minyak Goreng, Ini Kisah Para Pembuat Minyak Kelapa: Awalnya untuk Konsumsi Sendiri

Setelah lulus SMA, Iik bertekat untuk terus melanjutkan ke perguruan tinggi. Ia mengingat pesan ibunya untuk sukses harus menempuh pendidikan yang tinggi.

Akhirnya Iik diterima di UNY dan pengambil kuliah di Fakultas Ekonomi Program Studi Pendidikan Akuntansi dan mendapat beasiswa Bidikmisi.

Semasa kuliah Iik memanfaatkan waktu dengan baik untuk menyeimbangkan sisi akademik dan nonakademik.

Di setiap semester, Iik selalu mendapatkan IP minimal 3,8. Di sisi nonakademik, Iik aktif di UKMF Penelitian KRISTAL FE UNY, sering mengikuti dan mendapatkan juara perlombaan karya tulis ilmiah, hingga pada tahun 2021 berhasil menjadi Mahasiswa Berprestasi Utama FE UNY.

Selain kuliah Iik juga memanfaatkan masa mahasiswa untuk mengembangkan diri dengan ikut lomba karya ilmiah, terhitung sudah 20 lebih kejuaraan yang didapat dan berhasil menjadi Mapres Utama FE UNY. Tentunya meraih kejuaraan karya tulis ilmiah sampai jadi mapres bukan hal yang mulus, banyak rintangan dan hambatan.

'Saya berharap agar ke depannya bisa segera mewujudkan doa ibu saya yakni agar saya bisa lanjut S2 dengan beasiswa dan bisa menjadi dosen di masa yang akan datang," jelasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau