Tari Serimpi gaya Surakarta digolongkan menjadi Serimpi Anglir Mendhung dan Serimpi Sangupati.
Sedangkan Tari Serimpi gaya Yogyakarta dikenal dengan Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, dan Serimpi Genjung.
Dari dua gaya tersebut, Tari Serimpi mengalami perkembangan lagi berdasarkan pencipta dan periodisasi penciptaannya.
Beberapa jenis Tari Serimpi itu antara lain Padhelori yang diciptakan Sultan Hamengkubuwono VI dan VII.
Lalu Serimpi Sangupati yang diciptakan Pakubuwana IX, hingga Tari Serimpi Anglirmendhung ciptaan Mangkunegara I.
Ciri dari tarian tradisional ini adalah gerakannya yang lemah lembut dan digerakkan secara harmonis oleh penarinya.
Meski jenisnya ada banyak, namun inti dasar gerakan Tari Serimpi sebenarnya ada tiga, yaitu:
Baca juga: Tari Sekapur Sirih Berasal dari Jambi: Sejarah, Makna, dan Ragam Gerakan
Gerakan ini menjadi pembuka Tari Serimpi saat para penari memasuki area pementasan atau panggung.
Para penari akan berjalan memasuki area, lalu masing-masing akan berbelok ke kiri dan ke kanan sesuai dengan pola lantai yang telah ditentukan.
Gerakan pokok ini merupakan inti dari Tari Serimpi. Penari akan melakukan gerakan sesuai dengan jalan cerita yang akan disampaikan.
Selain gerakan yang menyesuaikan cerita, properti yang digunakan juga akan menyesuaikan.
Seperti jika cerita tentang peperangan, maka properti yang akan digunakan berupa senjata dan sebagainya.
Gerakan ketiga ini merupakan pamungkas untuk menutup pementasan Tari Serimpi.
Dalam Mundur Gawang penari akan berjalan meninggalkan area pementasan sesuai dengan pola langkahnya.
Adapun pola lantai Tari Serimpi adalah pola horizontal atau lurus. Dalam pementasan, para penari akan berbaris secara lurus dan tidak berpindah.
Pola lantai semacam ini untuk mengakomodir gerakan Tari Serimpi yang temponya lembut dan gemulai.
Sumber:
Jogjaprov.go.id
Gramedia.com