BELAKANGAN ini Jogya (Daerah Istimewa Yogjakarta/DIY)) diwarnai berita klitih. Klitih adalah istilah untuk gangguan keamanan dan keselamatan publik di Jogja yang umumnya dilakukan kalangan remaja.
Segerombolan remaja yang mengendarai sepeda motor serupa geng motor di Jakarta, berkeliling kota, melakukan aksi vandalisme, dan kekerasan dengan senjata tajam.
Klitih berpotensi menjadi sumber kejahatan. Awalnya cuma kenakalan dengan tujuan bersenang-senang, mengejar kebebasan di jalan raya. Sifatnya temporer.
Baca juga: Lagi, Cerita Korban Klitih di Yogyakarta Viral, Begini Kata Kepolisian
Klitih tumbuh seiring tumbuhnya individualisme di lingkungan remaja, terutama di perkotaan.
Klitih seperti halnya geng motor, umumnya berlangsung malam hari. Saat malam hari, suasana kota relatif sepi dan minim kehadiran petugas di jalan raya. Di suasana seperti inilah tampaknya kalangan remaja mendapat ruang melampiaskan kebebasan karena jenuh, kesal, dan terhimpit tekanan sosial.
Untuk mengatasi hal ini, saat masih jadi Kapolres Jakarta Timur tahun 2017, saya membuat dua strategi. Pertama, menguatkan kembali kohesi sosial ketetanggaan, dan kedua, memperkuat patroli dan pelayanan kedaruratan pada malam hari.
Penguatan kohesi sosial ketetanggaan dilakukan dengan menggalakkan kegiatan kepolmasan, termasuk siskamling. Sedang patroli malam dilakukan oleh tim Rajawali, berskala pleton dan kompi.
Tugas pokok tim Rajawali adalah mengendalikan dan menekan kerawanan karena ulah remaja. Patroli tim menggunakan sepeda motor berskala pleton dengan 30 sepeda motor, atau dengan kekuatan kompi dengan menggunakan 60 sepeda motor. Mereka berpatroli rutin antara pukul 23.00 hingga pukul 05.00.
Inilah dua strategi kombinasi penguatan kontrol di lingkungan sosial mulai dari keluarga, rukun tetangga, sampai masyarakat kota. Hasilnya, memuaskan.
Baca juga: Klitih yang Terus Memakan Korban dan Kecurigaan Isu yang Sengaja Dibesarkan...
Kasus klitih atau geng motor mengingatkan kita bahwa individualisme tanpa tanggungjawab pribadi yang kuat akan melahirkan apatisme sosial yang diindikasikan dengan melemahnya kontrol publik. Solusinya, menguatkan kembali kohesi sosial, tertib, dan disiplin masyarakat.
Dengan julukan sebagai kota pelajar, Jogja menanggung beban sosial lebih berat bila para pemangku kepentingan kurang peka terhadap perubahan sosial yang terjadi. Membanggakan memang menyandang atribut Jogja sebagai kota pelajar, tetapi risikonya pun besar karena melimpahnya jumlah pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.