YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Yogyakarta menerapkan metode ‘emberisasi’ untuk mengatasi sampah organik di Kota Yogyakarta.
Dengan metode emberisasi ini, masyarakat diminta untuk memilah sampah organik.
Penggerobak nantinya juga akan membawa ember sebagai tempat sampah organik.
Sampah yang terkumpul di ember-ember ini nantinya akan digunakan untuk pakan ternak hingga sektor pertanian.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengatakan, pihaknya sudah bekerja sama dengan tiga peternak yang nantinya akan memanfaatkan sampah-sampah organik yang dikumpulkan untuk ternak.
“Ada tiga, wilayah selatan ada, tengah ada, utara ada yang menjadi offtaker. Jadi offtaker ada yang untuk ternak, ada maggot, ada kompos,” ujar Hasto, Kamis (18/9/2025).
“Ternak yang ada biasanya lele dan ayam,” imbuhnya.
Baca juga: Yogyakarta Darurat Sampah, Wali Kota Hasto Galakkan Emberisasi, Apa Itu?
Untuk program awal emberisasi, Hasto tak menargetkan muluk-muluk.
Ia berharap program emberisasi ini dapat mengolah sampah 100 ton per harinya.
“Saya berharap dari 300 ton bisa 100 ton tereduksi, sudah bersyukur banget,” katanya.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Penggerobak Depo Utoroloyo Tompeyan, Tupardi, mengatakan bahwa dalam menerapkan program emberisasi ini perlu kejelasan lokasi pembuangan.
“Yang jadi masalah kan tempat pembuangannya itu kan kita belum bisa pasti,” kata dia.
Ia mengatakan, apabila tugas memilah dilakukan oleh penggerobak, ia merasa keberatan, ditambah belum semua masyarakat melakukan pemilahan.
“Di masyarakat belum banyak yang melaksanakan,” kata dia.
Ia menambahkan, apabila sampah organik diberikan kepada hewan ternak, sampah organik harus diambil secara rutin.
Jika lebih dari satu hari dan busuk, itu tidak baik untuk hewan ternak.
“Betul harus rutin setiap hari ada yang stand by di depo, dan ada jam pembuangan,” katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang