Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemarau Basah, Sebagian Telaga di Gunungkidul Masih Kering

Kompas.com, 12 September 2025, 11:55 WIB
Markus Yuwono,
Krisiandi

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Meskipun masuk dalam kategori kemarau basah, sejumlah telaga di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami pengeringan.

Upaya revitalisasi terus dilakukan untuk mengembalikan fungsi telaga yang ada.

"Dari 13 telaga yang masih ada airnya, hanya 4 yang tersisa, yaitu Telaga Jonge, Ledok, Sri Lutut, dan Sruweng. Telaga lainnya mengering akibat dampak kemarau," ungkap Lurah Pacarejo, Semanu, Suhadi, saat dihubungi wartawan melalui telepon pada Jumat (12/9/2025).

Baca juga: Hujan pada Musim Kemarau Basah, Petani Resah karena Tembakau Rusak

Suhadi menjelaskan bahwa upaya revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah diharapkan dapat mengembalikan fungsi telaga.

Meskipun tidak sepenuhnya seperti dahulu, saat ini telaga banyak digunakan untuk budidaya ikan dan pertanian.

"Saat normal, telaga bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti budidaya ikan dan lainnya," tambahnya.

Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, Sigit Swastono, menyatakan bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bupati No. 345/KPTS/2022 tentang Penetapan Daftar Telaga di Gunungkidul, terdapat 359 telaga di 18 Kapanewon.

Namun, hanya sekitar 20 telaga yang berfungsi dengan baik karena tidak mengering saat kemarau.

Baca juga: Kemarau Basah, Dua Kecamatan di Bangkalan Waspada Banjir Setelah Diguyur Hujan Semalam

"Mayoritas telaga sudah rusak karena sedimentasi yang parah," ucapnya.

Untuk mengatasi masalah ini, berbagai langkah dilakukan, termasuk perbaikan talut dan pengerukan.

Selain itu, penanaman pohon juga dianggap penting untuk mencegah aliran permukaan yang membawa sedimentasi ke telaga.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul baru-baru ini melakukan upaya revitalisasi telaga dengan cara tradisional, seperti mengajak masyarakat untuk memandikan ternak dan menangkap ikan di telaga menggunakan alat tradisional.

Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, mengajak masyarakat untuk menjaga telaga.

"Bukan hanya soal seni budaya, tapi juga budaya menjaga sumber daya alam. Kita masuk ke telaga, menginjak lumpur, itu bagian dari revitalisasi telaga. Cara yang menyenangkan untuk merawat lingkungan," katanya.

Warga Budekan, Wonosari, Anjar, mengungkapkan bahwa telaga di wilayahnya juga mengalami pengeringan.

Telaga yang berada tidak jauh dari pusat kota biasanya dimanfaatkan untuk perikanan saat musim penghujan.

Baca juga: Kemarau Basah akibatkan Tembakau di Jember Rusak Diserang Virus, Petani Kesal karena Rugi

"Biasanya ditabur bibit ikan saat musim hujan. Saat awal musim kemarau, dibuka pemancingan," jelasnya.

Sementara itu, Supardi, warga Tahunan, Sumberejo, Semin, melaporkan bahwa telaga Plumpit sudah mulai surut.

Telaga yang telah diberi talud ini banyak digunakan warga untuk pertanian. "Musim penghujan jadi penampungan. Tapi, kalau kemarau, airnya disedot untuk mengaliri lahan pertanian," ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau