Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerangka Manusia Ditemukan di Kebun Tebu Bantul, Lokasi Dikenal Banyak Ular dan Biawak

Kompas.com, 20 Maret 2025, 04:37 WIB
Markus Yuwono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Lokasi penemuan kerangka manusia yang diduga perempuan berusia 20-an tahun di kebun tebu, di Kaligondang, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, dikenal banyak ular kobra dan biawak.

Salah seorang warga Kaligondang, Subali mengatakan lokasi penemuan kerangka jarang dilalui warga sekitar. Orang yang lewat hanya pemancing karena tidak jauh dari lokasi ada pemancingan.

Baca juga: Kerangka Ditemukan di Kebun Tebu Bantul, Diduga Perempuan Muda yang Tewas 3 Bulan Lalu

"Siang saja tidak ada yang lewat situ, apalagi malam hari, orang sini kalau pakai sepeda motor mending mutar," kata Subali kepada wartawan di Bantul Rabu (19/3/2025).

Selain minim penerangan, juga dikenal banyak reptil liar yang masih berkeliaran.

"Minim penerangan kalau malam dan banyak ular kobra sama biawak besar-besar juga," ucap dia.

Lokasi penemuan sekitar 200 sampai 300 meter baru ada pemukiman warga. Selain itu, jalannya sempit.

"Karena jalannya sempit. Jadi kalau ditanya ada tidak aktivitas apa gitu sebelum kejadian ya tidak tahu," ucap dia.

Dikatakan Subali, tebu rutin dilakukan perawatan setiap bulannya. Terakhir pada bulan Februari 2025 lalu. Jika polisi memperkirakan 2 sampai 3 bulan seharusnya sudah terlihat.

Kemungkinan lainnya cepatnya mayat jadi kerangka, menurut dia, karena dimangsa hewan liar.

"Tapi mungkin jadi kerangka karena dimakan biawak, karena di situ banyak biawak besar-besar," kata dia.

Warga lainnya, Boniran mengatakan sebelum ramadhan sempat ada pekerja datang membersihkan daun kering.

"Lalu sepekan mau dipupuk ada berita seperti itu (penemuan kerangka)," kata Boniran.

Baca juga: Penemuan Kerangka Manusia di Bantul, 2 Saksi Diperiksa dan Korban Pakai Baju Louis Vuitton

Dia menceritakan saat mencari rumput di sekitar lokasi karena kediamannya hanya 150 sampai 200 meter dari ladang tebu. Sebelum ramadhan lalu, sempat mendengar suara aneh dan saat didekati ada laki-laki yang pergi.

Selain itu, dirinya juga mencium bau bangkai pada hari Jumat (14/3/2025) siang. Saat itu sepeda motornya berhenti karena ada biawak lewat.

"Saya mencium bau bangkai tapi saya kira bangkai tikus saja dan kembali melanjutkan perjalanan," ucap dia.

"Bisa jadi kerangka mungkin karena dimakan biawak. Karena memang banyak biawak di sekitar ladang tebu itu, wong saya pernah menangkap yang seukuran paha orang dewasa," kata dia.

Sebelumnya, Seorang petani tebu dikejutkan dengan penemuan kerangka manusia di lahan tebu milik Perusahaan Gula Madukismo, yang berada di Padukuhan Kaligondang, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul, pada Senin (17/3/2025) pagi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau