Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debat Pilkada Sleman, Strategi Cawabup Atasi Kasus HIV/AIDS

Kompas.com, 4 November 2024, 06:44 WIB
Wijaya Kusuma,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sleman menggelar debat putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 pada Minggu (3/11/2024).

Debat ini diikuti oleh calon wakil bupati nomor urut 1, Sukamto, dan calon wakil bupati nomor urut 2, Danang Maharsa, dengan tema yang diangkat adalah Inklusi Sosial Budaya dan Sumber Daya Manusia.

Salah satu isu penting yang dibahas dalam segmen ketiga debat adalah masalah HIV/AIDS.

Baca juga: Debat Pilkada Palangka Raya, Paslon 01 Singgung Kinerja Petahana Atasi Banjir

Data menunjukkan bahwa pada semester pertama tahun 2023, terdapat 188 kasus baru HIV, di mana 41 kasus (22 persen) di antaranya sudah dalam kondisi AIDS.

Meningkatnya angka ini berkorelasi dengan maraknya pusat hiburan malam dan prostitusi online.

Kedua calon bupati ditanya mengenai langkah-langkah untuk menekan prevalensi HIV/AIDS di Sleman.

Danang Maharsa, calon wakil bupati nomor urut 2, menekankan pentingnya edukasi dan pemahaman tentang bahaya AIDS.

Maharsa juga menegaskan bahwa kesehatan adalah prioritasnya.

"Kami siap, jika diberi amanat oleh masyarakat Kabupaten Sleman, untuk menurunkan HIV/AIDS dengan pendekatan persuasif, melalui diskusi dan melibatkan akademisi untuk menjelaskan bahaya AIDS," tambahnya.

Sementara itu, Sukamto, calon wakil bupati nomor urut 1, menyoroti perlunya pengawasan yang lebih ketat untuk menurunkan kasus HIV/AIDS.

"Kita perlu memberikan kepada masyarakat agar kekerasan yang terjadi dapat menurun. Kekerasan ini sering kali berhubungan dengan konsumsi minuman keras yang menjadi masalah dan menyebabkan emosi yang tidak stabil," ungkapnya.

Sukamto juga menekankan pentingnya koordinasi dengan instansi terkait untuk memberikan sosialisasi guna menurunkan tingkat kekerasan.

"Dengan cara-cara ini, kita akan berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait untuk memberikan sosialisasi dan menurunkan tingkat kekerasan yang ada saat ini," tuturnya.

Baca juga: Saat Lukman Pancing Gus Hans Serang Petahana di Debat Pilkada Jatim

Di akhir debat, Danang Maharsa memberikan tanggapan mengenai pergaulan bebas yang menjadi salah satu penyebab penyebaran AIDS.

"Pergaulan bebas sering terjadi di tempat-tempat hiburan yang kini mulai menjamur di Sleman. Meskipun sudah ada Perda terkait minuman keras, pengawasan masih minim sehingga banyak pelanggaran," katanya.

Ia berharap, dengan penertiban yang lebih baik, kasus HIV/AIDS dapat berkurang, terutama yang disebabkan oleh hubungan seksual bebas di kalangan remaja.

Debat ini menjadi sarana bagi kedua calon untuk memaparkan visi dan misi mereka dalam menangani masalah kesehatan masyarakat, khususnya terkait HIV/AIDS, di Kabupaten Sleman.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau