Siamang Peliharaan Diserahkan ke KSDA Kulon Progo, Pemilik Sadar Hewan Dilindungi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Siamang (Sympalangus syndactylus) dari sebuah rumah makan kafe di Padukuhan Geden, Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta diserahkan ke Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) wilayah Kulon Progo.

Petugas resor KSDA wilayah Kulon Progo menerima kera jenis owa dari pemilik kafe, Hariban Tri Prasetyo (50).

Siamang itu berjenis kelamin jantan, dengan usia lima tahun.

Baca juga: 3 Ekor Nuri Kepala Hitam Diamankan Resort KSDA Dobo dari Merauke

"Saya pemilik siamang yang berumur lima tahun dan saya pelihara dari kecil. Saya sadar dan tahu bahwa siamang hewan dilindungi Undang-undang. Karena itu dengan sadar dan ikhlas saya serahkan ke KSDA," kata Hariban di Kafe Kepoeh dusun Geden, Senin (22/7/2024).

Hariban menceritakan, dirinya penyuka satwa, terlebih jika satwa itu langka. Sebelumnya, ia pernah memelihara burung.

Siamang ini diperoleh lewat jual beli online. Lima tahun lalu, Hariban masuk ke komunitas musang di dunia maya lalu ditawari siamang asal Jambi, Sumatera.

Dia membeli siamang yang masih berusia dua bulan dengan harga Rp 2.500.000.

"Kami ketemu COD," katanya.

Baca juga: Edukasi Perdagangan Satwa Liar Lewat Lomba Burung Berkicau

Hariban menamainya Rio. Ia memelihara Rio hampir tiga bulan, kemudian siamang dijual ke seorang teman di Purworejo.

Setelah besar, orang Purworejo itu mengaku takut karena status siamang dilindungi. Ia menjual kembali ke Hariban dengan harga Rp 5.000.000.

"Sekarang sudah sebesar ini dan saya serahkan. Dari kecil merawat, primata ini mudah berinteraksi, cerdas. Saya merawat seperti anak sendiri, kasih susu, mandiin," katanya.

Hariban mengaku sudah menganggap Rio layaknya keluarga. Pekerja di kafenya pun akrab dengan Rio.

Rio kerap menggelanyut di punggung pekerja kafe, sering diajak tidur, bahkan suka dipijat.

Kedekatan ini membuat para pekerja kafe menangis ketika Rio dievakuasi, masuk ke dalam kandang besi dan dibawa pergi.

"Takutnya di sana tidak dapat makan setiap saat. Sepi di sini (kafe)," kata Suprapti, salah satu karyawan kafe.