YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kota Yogyakarta mengalami darurat sampah selama lebih kurang satu tahun ini. Persoalan sampah terus membayangi Kota Yogyakarta setelah adanya pembatasan pembuangan ke TPA Piyungan.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berkonsep 3R, yakni mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle).
Salah satu TPST 3R dibangun di Kranon, Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Pembangunan TPST 3R itu pun tak berjalan mulus.
Baca juga: Viral, Video Warga Keluhkan Bau Sampah di TPST 3R Kranon Yogyakarta
Warga setempat sempat menolak kehadiran TPST 3R itu karena lokasinya berada di tengah-tengah permukiman. Namun, setelah dialog panjang, warga akhirnya bersedia tempatnya dijadikan lokasi pengolahan sampah.
Saat ini TPST Kranon masih dalam pembangunan. Meski begitu, sudah mampu mengolah 20-25-an ton sampah per hari.
Warga Kranon tak rela Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pelajar dan Kota Pariwisata, bertambah julukan menjadi Kota Sampah.
Hal ini seperti yang disampaikan Ketua RT 45 Kranon, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Sugiyono. Dia merasa miris saat rekannya yang berada di Jakarta menghubunginya.
Saat itu, dia mendengar dari rekannya bahwa Kota Yogyakarta memiliki satu julukan lagi, yakni Kota Sampah.
"Rasanya itu miris, padahal julukannya Kota Pelajar, tetapi enggak bisa mengatasi sampah," ujarnya, Selasa (4/6/2024).
Terkait pembangunan TPST 3R, kata dia, warga tak serta-merta mengizinkan. Bahkan, sempat terjadi penolakan oleh warga.
Warga dengan Pemkot Yogyakarta lalu berdialog dan disepakati sejumlah hal. Di antaranya, warga dipekerjakan di TPST 3R dan pengolahan sampah organik harus selesai pada sore hari.
"Itu boleh dipakai (lokasi TPST 3R Kranon) asalkan tenaga kerja dari kami, dan sore hari harus bersih semua," kata dia.
Dia meminta kepada masyarakat Kota Yogyakarta agar meminimalisir sampah rumah tangga. Menurutnya, warga Kranon sudah berkoban dengan menjadi lokasi TPST 3R, maka seharusnya masyarakat lain bisa mengurangi sampah.
“Sebagai sama-sama warga Kota Yogyakarta sithik eding lah (saling toleransi). Misalnya di tempat njenengan (warga Yogyakarta) tidak ada TPS dikurangi sampah. Ja di di sini tidak terlalu menumpuk,” kata dia.
“Kene wes gelem ketibanan (di sini sudah mau kedapatan) sampah, bau. Tolong yang tidak ketibanan TPS sebisa mungkin diminimalisir produksi sampahnya,” tuturnya.