YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 25 jenis kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapatkan sertifikat warisan budaya tak benda (WBTB) dari Kementerian Pedidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tenologi (Kemendikbudristek). WBTB tersebut meliputi tari-tarian, kuliner, adat istiadat, kerajinan dan lain-lain.
Salah satu WBTB yang menarik perhatian Wakil Gubernur DIY, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Paku Alam X berharap penetapan WBTB ini membuat kebudayaan di DIY semakin lestari.
Baca juga: Keramas Massal di Sungai Cisadane Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
"Yo lestari to (agar lestari)," katanya di Kantor Gubernur DIY, Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (27/5/2024).
Pada kesempatan itu, Paku Alam sempat menyinggung kuliner di DIY yang mendapatkan sertifikat WBTB. Menurutnya, banyak kuliner di DIY yang terancam punah karena bahan dasarnya yang semakin sulit atau peminatnya sedikit.
Misalnya saja kuliner dari Gunungkidul yakni "Wader Liwet". Menurutnya kuliner "Wader Liwet" saat ini sudah susah ditemukan. Hal tersebut lantaran bahan dasarnya yakni ikan wader yang semakin sedikit karena banyak diracun.
"Tadi ada Wader Liwet (mendapatkan sertifikat). Saiki golek wader kepiye wong dipotasi kabeh (sekarang cari ikan bagaimana, kan diracun semua). Kan gimana, padahal sesuatu untuk level njenengan belum pernah kan, taste-nya gimana sih, kan eman-eman (sayang) kita coba untuk lestarikan," katanya.
Selain itu, Paku Alam juga sempat membahas soal "Growol" yakni makanan khas Kulon Progo yang terbuat dari singkong. Menurutnya, saat ini sedikit masyarakat yang mengkonsumsi "Growol".
"Saiki sing mangan growol ya wes arang-arang (sekarang yang makan Growol sudah jarang). Kan gitu eman-eman (sayang)," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lhaksmi Pratiwi proses pengajuan WBTB ke Kemendisbudristek sulit dilakukan. Pasalnya, sistem yang diberlakukan sangat ketat.
Dia mencontohkan salah satu syarat pengajuan WBTB adalah masih adanya dokumentasi, maestro, masyarakat pendukung, dan sudah terbukti dilakukan lebih dari dua generasi atau sudah lebih dari 50 tahun.
"Dari 50 pengajuan Yogyakarta paling hanya dapat separuhnya," kata dia.
Baca juga: Tradisi Ngerebeg, Warisan Budaya Tak Benda Asal Desa Adat Tegallalang
"Pendokumentasian jadi sangat penting, kajian paling sudah karena harus mampu menjelaskan nilai makna filosofi. Kemudian, perlakuan sekarang seperti apa, bagaimana respon masyarakat, dan pemanfaatannya dan apakah masih berlangsung sampai sekarang," kata dia.
Saat ini DIY menjadi daerah terbanyak yang memiliki WBTB yakni sebanyak 180.
"Kita nomor satu di Indonesia, kita enggak lomba banyak-banyakan. Prioritas kami di DIY bagaimana tidak langka dan tidak punah, kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.