YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah melambungnya harga beras yang masih tinggi, tiwul, makanan khas Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dapat menjadi salah satu makanan alternatif.
Terlebih, produksi singkong sebagai bahan utama pembuatan tiwul masih cukup tinggi.
Kepala Dinas Kebudayaan atau Kundho Kabudayan Gunungkidul, Choirul Agus Mantara mengatakan, tiwul dahulu menjadi makanan pokok sebagai pengganti nasi.
Pada 1970-an, sebagian besar masyarakat mengkonsumsi tiwul campur nasi atau dikenal dengan tiwul pletik.
"Dulu hampir semua warga Gunungkidul mengkonsumsi tiwul, ada yang dicampur sedikit nasi disebut pletik," kata Mantara saat ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul, Selasa (27/2/2024).
Baca juga: 5 Makanan dan Minuman yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Bersamaan dengan Mangga
Baca juga: 8 Makanan Indonesia yang Mendunia, Apa Saja?
Dia menceritakan, tiwul terbuat dari singkong kering atau dikenal gaplek yang sudah ditumbuk halus.
Kemudian dicampur dengan sedikit air lalu digoyang dalam tampah atau tempat membersihkan beras. Setelah itu dikukus, dan bisa dikonsumsi.
Bahkan, pengalamannya, mengkonsumsi tiwul kenyangnya semakin lama.
"Saya sendiri dulu pemakan tiwul, sekarang tiwul banyak dikonsumsi orang dengan gula darah tinggi, dan menu makanan diet. Bahkan dalang itu sebelum pentas makan tiwul, semalaman tidak merasa lapar," kata dia.
"Orang seumuran saya, rata-rata dulunya mengkonsumsi tiwul dalam kesehariannya," imbuh dia.
Baca juga: 4 Makanan Sehat yang Berbahaya Bila Dikonsumsi di Malam Hari, Apa Saja?
Saat ini, tiwul sudah ada berbagai variasi seperti tiwul manis, goreng, instan, dan lainnya.
Selain itu, Pemkab Gunungkidul juga sudah mendaftarkan tiwul sebagai bentuk kekayaan intelektual dan mendapat Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
"Tiwul bisa menjadi alternatif di tengah melambungnya harga beras," kata dia.
Baca juga: 9 Makanan yang Menyebabkan Urine Menjadi Bau
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono menambahkan, produksi singkong atau ubi kayu di Gunungkidul sebagai bahan utama pengolahan tiwul cukup tinggi.
Pada 2022, produksi singkong mencapai lebih dari 1 juta ton.
"Singkong masing tumpang sari, tetapi cukup besar," kata dia.
Saat ini, tiwul menurutnya sudah tidak menjadi makanan utama, karena beras sudah mudah ditemukan oleh masyarakat.
Baca juga: 10 Makanan dan Minuman Indonesia dengan Rating Terburuk, Apa Saja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.