KOMPAS.com - Kelenteng Kwan Tee Kiong atau lebih dikenal dengan Kelenteng Poncowinatan adalah kelenteng tertua di Yogyakarta.
Karena lokasinya berada tidak jauh dari kawasan Tugu Yogyakarta, tepatnya di Jalan Poncowinatan Nomor 11 Yogyakarta.
Karena berada di Jalan Poncowinatan maka tempat ibadah ini lebih dikenal dengan sebutan Kelenteng Poncowinatan.
Baca juga: Kelenteng Tertua di Yogyakarta Siap Gelar Ibadah Imlek, Tak Ada Pembatasan
Bangunan Kelenteng Poncowinatan yang indah dan memiliki nilai sejarah teryata tidak hanya dikunjungi oleh umat yang ingin beribadah.
Wisatawan yang tengah mampir ke Yogyakarta juga kerap mengunjungi kelenteng ini untuk melakukan wisata religi, atau untuk mempelajari sejarah dan keragaman budaya yang ada di Yogyakarta.
Meski Kelenteng Poncowinatan bukan merupakan destinasi wisata, namun pengelola tetap menerima wisatawan yang ingin berkunjung.
Baca juga: Kampung Ketandan, Kawasan Pecinan di Yogyakarta yang Sudah Ada Sejak Abad ke-19
Namun pengelola mengingatkan agar wisatawan menjaga sikap dan perilaku agar tidak mengganggu suasana sakral dan khusyuk di kawasan kelenteng ini, terutama jika ada umat yang tengah beribadah.
Wisatawan bisa berkeliling di sekitar di sekitar kelenteng untuk melihat keindahan arsitektur bangunan yang menjadi salah satu wujud keharmonisan antara budaya Jawa dan Tionghoa di Yogyakarta.
Baca juga: Kampoeng Ketandan Yogyakarta Jadi Bagian dari Wisata Jalan Kaki
Dilansir dari laman resmi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Klenteng Poncowinatan didirikan pada 1879 di atas tanah hibah dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang diberikan kepada masyarakat Tionghoa.
Sehingga, untuk menghormati Keraton Yogyakarta, maka kelenteng ini pun dibangun dengan menghadap ke arah selatan.
Kelenteng Poncowinatan kini dikelola Yayasan Bhakti Loka dan menjadi salah satu benda atau Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang dimiliki Kota Yogyakarta.
Kelenteng Kwan Tee Kiong atau Kelenteng Poncowinatan ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Permenbudpar RI No. PM.07/PW.007/MKP/2010.
Bangunan Kelenteng Poncowinatan berbentuk persegi panjang, dengan dinding terbuat dari batu bata dan tiang serta plafon yang terbuat dari kayu jati.
Atapnya terbuat dari genteng, dengan sudut atap melengkung ke atas dengan hiasan berupa patung naga.
Saat ini, Kelenteng Poncowinatan digunakan sebagai tempat pemujaan Tri Dharma yaitu Buddha, Konghucu, dan Taoisme.