Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM Ungkap Metode Efektif Atasi Kekeringan, Ini Acaranya

Kompas.com - 05/09/2023, 15:46 WIB
Wijaya Kusuma,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kekeringan melanda berbagai daerah di Indonesia karena kemarau panjang akibat fenomena el nino.

Pakar manajemen air Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Maryono mengungkap metode untuk mengantisipasi kekeringan. Menurutnya, musim kemarau dan penghujan adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.

"Saat musim hujan kita perlu mengelola air hujan untuk musim kemarau. Saat kemarau kita mempersiapkan diri untuk menghadapi musim penghujan. Itu suatu siklus yang tidak terputus," ujarnya dalam keterangan tertulis Humas UGM, Selasa (5/09/2023).

Baca juga: Kekeringan, Warga Tegalwaru Karawang Tagih Pembangunan Bendungan

Agus Maryono menyampaikan metode pemanenan air hujan menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk mengantisipasi kekeringan. Pemanenan air hujan pun dapat dilakukan dengan metode dan peralatan yang sederhana.

Metode sederhana pemanenan air hujan bisa dilakukan baik untuk skala rumah tangga, industri, dan perkampungan. Bahkan bisa juga untuk lahan pertanian.

Misalnya di skala rumah tangga bisa dilakukan dengan membuat penampungan. Kelebihan air dimasukkan ke dalam sumur resapan. Sedangkan untuk areal pertanian, penampungan air hujan dapat dilakukan dengan kolam konservasi.

Agus mengungkapkan di Australia sekitar 40 persen rumah di perkotaan sudah memiliki tampungan air hujan. Kemudian di pedesaan jumlahnya sekitar 60 persen.

"Di Indonesia masih nol koma sekian persen. Padahal potensinya besar sekali," bebernya.

Tak hanya itu, menurut Agus kualitas air hujan pun cukup aman untuk dikonsumsi. Sehingga air hujan adalah masa depan dari sumber daya air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan hidup manusia.

Agus terlibat aktif dalam Gerakan Memanen Hujan Indonesia (GMHI), yang telah berdiri sejak tahun 2015 silam. Teknologi pemanen hujan yang Agus kembangkan adalah Gama Rain Filter.

Teknologi tersebut telah diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia dengan hasil yang cukup menjanjikan.

"Di beberapa daerah sudah dipasang, dan warga yang biasanya harus membeli air di musim kemarau sekarang bisa mendapat stok air yang cukup dari hasil penampungan air hujan," tuturnya.

Baca juga: Kekeringan di Ngawi Meluas, 11 Desa di 5 Kecamatan Krisis Air

Agus menuturkan terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan terkait potensi ancaman kekeringan melanda. Salah satunya dengan memanfaatkan dropping air bersih seperti di Kabupaten Gunungkidul.

Masyarakat juga dapat mencari sumber air yang mungkin masih tersedia. Misalnya di sepanjang alur sungai dan pada sungai bawah tanah. Kemudian merawat kembali sumur-sumur yang tidak terpakai untuk dibersihkan dan digali lebih dalam.

Sehingga dengan demikian, masyarakat tidak perlu terlalu bergantung pada dropping air.

"Di Gunungkidul ada banyak sungai di bawah tanah yang pada musim kemarau pun masih menyimpan banyak air. Dengan pompa yang banyak air di situ bisa diambil sehingga masyarakat tidak kekurangan air," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Yogyakarta ke Arah Solo

Yogyakarta
Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Hari Jadi Gunungkidul Berubah dari 27 Mei Menjadi 4 Oktober

Yogyakarta
Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Jadwal KRL Jogja-Solo 1- 31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo

Yogyakarta
Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Sakit Setelah Latihan Bela Diri, Mahasiswa di Sleman Meninggal

Yogyakarta
May Day 2024, Buruh Perempuan di Jateng Tuntut Perlindungan dari Negara

May Day 2024, Buruh Perempuan di Jateng Tuntut Perlindungan dari Negara

Yogyakarta
Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan

Cerita Buruh DIY yang Tak Bisa Beli Rumah: Gaji Kecil, Harga Hunian Gila-gilaan

Yogyakarta
'May Day', Buruh di Yogyakarta Tuntut Perumahan Murah, Subsidi Transportasi, dan soal Pendidikan

"May Day", Buruh di Yogyakarta Tuntut Perumahan Murah, Subsidi Transportasi, dan soal Pendidikan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Malam Berawan

Yogyakarta
Kronologi Demo Warga di Pendapa Bupati Banjarnegara Ricuh, 12 Orang Luka-luka

Kronologi Demo Warga di Pendapa Bupati Banjarnegara Ricuh, 12 Orang Luka-luka

Yogyakarta
Buka Pendaftaran Pilkada, Demokrat Gunungkidul Ingin Ada Calon Perempuan

Buka Pendaftaran Pilkada, Demokrat Gunungkidul Ingin Ada Calon Perempuan

Yogyakarta
Arti 3 Semboyan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Trilogi yang Dicetuskan Bapak Pendidikan Indonesia

Arti 3 Semboyan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Trilogi yang Dicetuskan Bapak Pendidikan Indonesia

Yogyakarta
Soal Langkah Setelah Pilpres, Mahfud MD: Ya Kita Lihat, Semua Perkembangan Kan Dinamis

Soal Langkah Setelah Pilpres, Mahfud MD: Ya Kita Lihat, Semua Perkembangan Kan Dinamis

Yogyakarta
Soal Tewasnya Brigadir RAT, Mahfud MD: Informasi yang Bisa Dibuka ke Publik Jangan Ditutupi

Soal Tewasnya Brigadir RAT, Mahfud MD: Informasi yang Bisa Dibuka ke Publik Jangan Ditutupi

Yogyakarta
Cerita Perjalanan Karier, Mahfud MD: Ikut Pilpres Kalah, Ya Sudah 'Move On'

Cerita Perjalanan Karier, Mahfud MD: Ikut Pilpres Kalah, Ya Sudah "Move On"

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com