YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kekeringan melanda berbagai daerah di Indonesia karena kemarau panjang akibat fenomena el nino.
Pakar manajemen air Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Maryono mengungkap metode untuk mengantisipasi kekeringan. Menurutnya, musim kemarau dan penghujan adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.
"Saat musim hujan kita perlu mengelola air hujan untuk musim kemarau. Saat kemarau kita mempersiapkan diri untuk menghadapi musim penghujan. Itu suatu siklus yang tidak terputus," ujarnya dalam keterangan tertulis Humas UGM, Selasa (5/09/2023).
Baca juga: Kekeringan, Warga Tegalwaru Karawang Tagih Pembangunan Bendungan
Agus Maryono menyampaikan metode pemanenan air hujan menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk mengantisipasi kekeringan. Pemanenan air hujan pun dapat dilakukan dengan metode dan peralatan yang sederhana.
Metode sederhana pemanenan air hujan bisa dilakukan baik untuk skala rumah tangga, industri, dan perkampungan. Bahkan bisa juga untuk lahan pertanian.
Misalnya di skala rumah tangga bisa dilakukan dengan membuat penampungan. Kelebihan air dimasukkan ke dalam sumur resapan. Sedangkan untuk areal pertanian, penampungan air hujan dapat dilakukan dengan kolam konservasi.
Agus mengungkapkan di Australia sekitar 40 persen rumah di perkotaan sudah memiliki tampungan air hujan. Kemudian di pedesaan jumlahnya sekitar 60 persen.
"Di Indonesia masih nol koma sekian persen. Padahal potensinya besar sekali," bebernya.
Tak hanya itu, menurut Agus kualitas air hujan pun cukup aman untuk dikonsumsi. Sehingga air hujan adalah masa depan dari sumber daya air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan hidup manusia.
Agus terlibat aktif dalam Gerakan Memanen Hujan Indonesia (GMHI), yang telah berdiri sejak tahun 2015 silam. Teknologi pemanen hujan yang Agus kembangkan adalah Gama Rain Filter.
Teknologi tersebut telah diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia dengan hasil yang cukup menjanjikan.
"Di beberapa daerah sudah dipasang, dan warga yang biasanya harus membeli air di musim kemarau sekarang bisa mendapat stok air yang cukup dari hasil penampungan air hujan," tuturnya.
Baca juga: Kekeringan di Ngawi Meluas, 11 Desa di 5 Kecamatan Krisis Air
Agus menuturkan terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan terkait potensi ancaman kekeringan melanda. Salah satunya dengan memanfaatkan dropping air bersih seperti di Kabupaten Gunungkidul.
Masyarakat juga dapat mencari sumber air yang mungkin masih tersedia. Misalnya di sepanjang alur sungai dan pada sungai bawah tanah. Kemudian merawat kembali sumur-sumur yang tidak terpakai untuk dibersihkan dan digali lebih dalam.
Sehingga dengan demikian, masyarakat tidak perlu terlalu bergantung pada dropping air.
"Di Gunungkidul ada banyak sungai di bawah tanah yang pada musim kemarau pun masih menyimpan banyak air. Dengan pompa yang banyak air di situ bisa diambil sehingga masyarakat tidak kekurangan air," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.