YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksanaan program Mbah Dirjo diklaim dapat mengolah sampah organik di Kota Yogyakarta hingga dengan 50 ton per harinya.
Mbah Dirjo merupakan kependekan dari Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja. Program ini merupakan sebuah gerakan untuk mengajak masyarakat agar mereka mengelola sampah organik melalui biopori.
Biopori merupakan lubang yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah. Lubang tersebut kemudian diisi dengan sampah organik yang memiliki fungsi sebagai makanan makhluk hidup yang ada di tanah, seperti cacing dan akar tumbuhan. Ukuran biopori bermacam-macam tergantung kebutuhan. Ada yang panjangnya 15 cm hingga 1 meter.
Baca juga: Aktivitas Bakar Sampah Meningkat, Kualitas Udara di Kota Yogyakarta Memburuk
Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo mengatakan, sejak awal diluncurkan sampai saat ini, program Mbah Dirjo sudah menciptakan 16.000 biopori di Kota Yogyakarta. Menurutnya 16.000 biopori ini dibuat oleh forum bank sampah, warga Kota Yogyakarta, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan juga Aparatur Sipil Negara (ASN).
“50 ton (hasil evaluasi). Produksi sampah 200 ton per hari,” ujar Singgih ditemui di Balai Kota Yogyakarta, Senin (14/8/2023).
Singgih menjelaskan Pemerintah Kota Yogyakarta kini telah mengupayakan dua langkah pengolahan sampah mulai dari hulu hingga hilir.
Untuk di hulu penanganan sampah organik dilakukan dengan program Mbah Dirjo. Sedangkan sampah anorganik akan diambil oleh bank sampah.
Sementara di hilir, Pemkot Yogyakarta sedang berusaha untuk bekerja sama dengan daerah lain untuk pengolahan sampah karena keterbatasan lahan.
"Sekarang hilir dengan kuota 100 ton per hari ke Piyungan (TPA) ini masih kita lanjutkan. Dan berharap nanti ada peningkatan, ada revitalisasi di sana. Dan yang ke Kulon Progo masih ada 15 ton," jelas dia.
Sementara untuk Tempat Pengolahan Sampah, Reduce, Reuse, Recycle, (TPS 3R) Nitikan akan dioptimalkan kapasitasnya dengan mengolah sampah organik dan anorganik sebanyak 10 sampai 15 ton per hari.
“Sisanya kita lakukan mitigasi dengan manaruh ke depo,” kata dia.
Baca juga: Viral Video Sampah Dibakar di Bawah Jembatan Dekat Gembira Loka, Bupati Bantul Menyayangkan
Singgih menambahkan saat ini sudah ada beberapa depo yang dipantau oleh CCTV. Dengan begitu dapat diketahui depo sampah yang kosong atau terisi separuh. Pemantauan ini menjadi patokan bahwa pengolahan sampah di Kota Yogyakarta terkendali.
Diberitakan sebelumnya, segala jurus dikeluarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta untuk mengatasi masalah darurat sampah usai pembatasan kuota di TPA Piyungan. Kali ini, Pemkot Yogyakarta mewajibkan ASNnya menerapkan metode Mbah Dirjo untuk mengatasi sampah organik.
"Seluruh karyawan di Pemkot, termasuk BUMD ini menjadi contoh mbah dirjo ini diterapkan di level rumah tangga mereka. Sekaligus mengedukasi masyarakat tetangganya untuk kemudian bisa bersama-sama mengimplementasikan mbah dirjo," ujar Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo, Jumat (4/8/2023).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.