Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unggahan Viral Petugas PLN Dikejar Penghuni Rumah di Sleman Saat Hendak Cek Meteran

Kompas.com, 19 Mei 2023, 09:48 WIB
Wijaya Kusuma,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah unggahan di Twitter viral tentang seorang petugas dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang diduga diancam oleh penghuni rumah ketika hendak mengecek meteran. Peristiwa ini terjadi di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Akun Twitter @merapi_uncover mengunggah informasi dari akun @teemye. Dalam unggahan itu, disebutkan bahwa seorang petugas PLN mendatangi salah satu rumah di daerah Sorogenen, Jalan Solo.

Petugas ingin mengecek meteran di rumah tersebut dan ditemukan alat jumper. Penghuni rumah kemudian disebutkan mengejar petugas PLN tersebut dengan membawa palu.

Baca juga: Pelanggan Mohon Tiang Listrik Dipindah Malah Diminta Rp 4,3 Juta, Ini Penjelasan PLN

Petugas PLN ini lantas lari hingga terjatuh dan mengalami luka di siku.

Saat dikonfirmasi, Kapolsek Kalasan Ajun Komisaris Polisi (AKP) Amalia Normadiah mengatakan, petugas dari PLN tersebut tidak membuat laporan polisi terkait kejadian tersebut.

"Kan kemarin Pak Kepala PLN yang menyampaikan. Jadi yang bersangkutan itu tidak membuat laporan polisi," ujar AKP Amalia Normadiah saat dihubungi, Kamis (18/5/2023).

Amalia menyampaikan telah meminta keterangan dari petugas PLN tersebut. Dari keterangannya, saat itu tidak sampai terjadi kontak fisik. Luka yang di lengan disebabkan karena terjatuh saat lari.

"Tindak lanjut kami diambil keterangannya yang bersangkutan itu yang diduga korban itu memang tidak ada kontak fisik. Dia terjatuh sendiri karena ya itu tadi katanya dikejar," ungkapnya.

Polsek Kalasan juga sudah mendatangi lokasi untuk meminta beberapa keterangan warga. Hasilnya, dari keterangan warga, penghuni rumah tersebut tinggal sendiri sejak 2017.

Baca juga: PLTA Bengkok Kembali Pulih, PLN Pastikan Kebakaran Tak Ganggu Pasokan Listrik Warga

"Hasil keterangan warga terdekat, salah satunya ketua RT memang menyampaikan yang bersangkutan tinggal sendiri, sering marah-marah. Mungkin tidak seperti kita-kita, ya sering marah-marah," ungkapnya.

Pihak Polsek Kalasan juga telah mengecek ke kalurahan. Dari pengecekan, penghuni rumah tersebut tidak ada dalam daftar warga yang mengalami gangguan kejiwaan.

"Tapi menurut tetangga depanya itu sebagai ketua RT yang tahu persis kesehariannya, itu memang bilangnya begitu (penghuni rumah tersebut sering marah-marah), pak dukuh juga bilang begitu," tandasnya.

Amalia menjelaskan, berdasarkan keterangan petugas PLN, awalnya datang untuk memeriksa meteran rumah. Saat sampai, petugas PLN bertemu dengan penghuni rumah tersebut.

Baca juga: Dua Pria Asal Makassar Bobol Rumah di Jakarta, Modusnya Jadi Petugas PLN

Saat bertemu tersebut, penghuni rumah mengejar dengan membawa besi. Namun, dalam peristiwa tersebut tidak sampai terjadi kontak fisik.

"Saya sarankan ke Kepala PLN jika seperti itu, karena dikhawatirkan tidak semua masyarakat menerima dengan baik kedatangan, sekarang kan rawan hal-hal yang tidak diinginkan. Apakah ini benar petugas atau tidak, bisa jadi mungkin dia (penghuni rumah) kaget, ya itu wajar-wajar saja. Kita kan enggak tahu pribadi orang masing-masing. Saya sarankan, mungkin bisa kalau dibutuhkan pendampingan (dari polisi) atau bagaimana," imbuhnya.

Rencananya, lanjut Amalia, PLN akan dipertemukan dengan penghuni rumah. Namun, demikian, saat ini masih menunggu keluarga terdekat dari penghuni rumah.

"Ini mau dipertemukan, maksudnya mau dimediasi. Karena beliau itu kan sebatang kara tinggal di sana, nah kalau mau mediasi kan harus ada pendampingan keluarga terdekat. Jadi ya lewat perantaranya saja," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau