KULON PROGO, KOMPAS.com – Kursi pasien sedang kosong di hadapan seorang dokter muda pada Puskesmas Sentolo I, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, ketika itu Jumat pagi.
Karena tidak ada lagi pasien laki-laki, dokter perempuan ini menuju kursi kosong tersebut sambil memandang antrean pasien di dokter perempuan.
Dokter Renny Lo, Kepala Puskesmas Sentolo I, kemudian duduk di hadapan Sotya Satmoka Adira, dokter muda yang dipanggil sebagai dokter Sotya.
Baca juga: Mantri Bunuh Kades Curuggoong dengan Cara Disuntik, Dokter: Ada Luka Titik di Punggung
“Seperti mimpi. Anak kecil itu sekarang sudah menjadi dokter. Dan dia sekarang bertanya-tanya pada saya dengan kuisioner di tangannya,” kata Renny menceritakan kisahnya.
Pemeriksaan kesehatan dan jasmani pada pegawai berlangsung satu bulan sekali di puskesmas ini. Dokter perempuan biasanya memeriksa yang perempuan, dokter laki-laki memeriksa yang laki-laki.
Pemeriksaan pada pegawai laki-laki lebih cepat selesai, sehingga dokter Sotya tampak tengah lowong. Renny memilih diperiksa dokter Sotya karena antrean di dokter lain masih banyak.
“Ini anugerah, ada pasien yang berhasil (jadi dokter) dan kini jadi kebanggaan komplek perumahan,” kata Renny.
Momen dokter senior Renny diperiksa dokter muda Sotya itu seperti deja vu, memori berputar ke masa lalu.
Renny bersama suaminya membeli rumah di komplek perumahan pada Pedukuhan Rogoitan, Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, 20 tahun silam.
Baca juga: 2.172 Nakes di Indonesia Gugur akibat Covid-19, Paling Banyak Dokter
Ia membuka praktik di sana, sementara suaminya sekolah di Pascasarjana UGM. Mereka tinggal antara 2000-2004, sebelum Renny terbang ke Kalimantan Barat.
Pasien anak berlimpah di perumahan. Pada umumnya mereka datang dengan keluhan batuk, pilek dan demam.
Dari anak-anak komplek yang pernah berobat ke tempat prakteknya, ada juga Sotya yang masih kecil waktu itu. Sotya anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan seniman, Adi Susilo yang seorang pelukis dan Sri Rahayu yang suka menyanyi. Sotya bersaudara bergantian saja datang berobat.
“Semua orang memanggil saya Tante Dokter, saya memanggil Budhe dan Pakdhe pada orang-orang komplek. Biasa kalau sakit, Budhe Adi membawa anak-anaknya berobat ke tempatku,” kata Renny.
Memori seputar keluarga Adi terus berlanjut. Keluarga Adi sangat dikenal. Pasalnya, rumah mereka sekaligus sanggar belajar menggambar. Keluarga ini juga dikenal aktif berkesenian dalam masyarakat, di antaranya main ketoprak.
Renny tidak lama membuka praktik di komplek. Renny pergi ke Kalimantan Barat dan menyewakan rumah ke orang lain hingga sekarang. Saat itu, Sotya masih kelas 4 sekolah dasar.
Baca juga: Bongkar Penyebab Kurangnya Dokter Spesialis di Indonesia, Menkes: Kuliahnya Mahal dan Lama