Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Evan Berbagi Nasi Gratis untuk Mahasiswa dan Pekerja Kelaparan di Yogya

Kompas.com, 22 Februari 2023, 21:51 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Seorang pria tampak sedang memesan sejumlah nasi padang di Jalan Godean. Pria ini meminta agar pesanannya dibungkus.

Usai membayar di kasir, hujan mulai turun membasahi Jalan Godean. Pria yang mengenakan celana pendek dan sandal ini lantas segera ke luar warung untuk mengambil jas hujan.

Ia kemudian meminta satu lagi plastik keresek untuk melindungi nasi yang dibungkusnya tidak basah terkena air hujan.

Tidak mengunggu reda, di tengah guyuran hujan pria ini langsung menaiki motor menuju  indekos daerah Taman Siswa, Kota Yogyakarta dan Kalasan Sleman untuk mengantarkan makanan.

Ia rela menerobos hujan karena tidak ingin, orang yang menghubunginya karena membutuhkan bantuan makan sampai menunggu lama. Makanan yang diantarkan ke tujuan itu pun diberikan secara gratis.

Baca juga: Kisah Widyo, Pemilik Bolang-Baling Legendaris yang Bertahan Sejak Tahun 1973 di Kota Semarang

Pria ini bernama Evan asal Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Evan saat ini tinggal daerah Maguwoharjo, Kabupaten Sleman.

Evan menceritakan saat ini bekerja freelance dan tinggal di indekos daerah Pugeran, Maguwoharjo, Sleman.

Pernah tak bisa makan

Pada bulan Desember 2022 lalu pria berusia 26 ini merasakan kehabisan uang hingga kesusahan untuk makan.

Ia kehabisan uang karena ada kebutuhan mendesak. Uang untuk membeli makan, saat itu mau tidak mau digunakan untuk membetulkan handphone yang rusak. Sementara saat itu dirinya belum menerima gaji dari pekerjaanya.

"Saya mengalami, waktu kehabisan uang sampai nggak bisa makan rasanya sakit, bukan sakit di badanya, rasanya kesal sama diri sendiri, kok bisa sih sampai begini. Saya mengalami kayak gitu Desember lalu, pas ulang tahun," ujar Evan saat ditemui Kompas.com di warung Nasi Padang Jalan Godean, Rabu (22/2/2003).

Baca juga: Yatimplay Semarang, Berbagi Bersama Anak Yatim dengan Cara Unik

Dari kondisi itu Evan kemudian merenung. Dari renungannya itu, pria asal Wonosari ini merasa bahwa kondisi kesulitan membeli makan karena tidak punya uang tentu juga dirasakan oleh orang lain.

Dalam hatinya Evan berpikir dirinya yang sudah bekerja saja sampai kehabisan uang untuk makan. Apalagi dengan anak-anak mahasiswa yang indekos.

Mereka hanya mengandalkan kiriman dari orangtua. Ketika kiriman belum datang karena orangtua kesulitan ekonomi, maka mereka pun akan mengalami hal yang sama yakni kesulitan untuk makan.

"Dari situlah saya berpikir, what can i do untuk membantu kondisi yang persis kayak gitu," ucapnya.

Dari kondisi itulah, pada awal Januari 2023 Evan kemudian bangkit dan tergerak untuk membantu orang lain, baik mahasiswa maupun warga masyarakat yang benar-benar dalam kondisi kesulitan untuk makan.

Terlebih dirinya membaca informasi di media sosial tentang kisah yang dialami oleh salah satu mahasiswi kesulitan membayar UKT. Bahkan sampai mahasiswi ini kesulitan untuk makan sehari-hari hingga teman-temanya membantu membelikan makan.

Evan pun merasa sedih dengan kondisi yang dialami mahasiswi tersebut. Hal itulah yang semakin membulatkan tekadnya bergerak secara individu untuk membantu orang yang dalam kondisi tidak punya uang untuk makan.

Hal itu Evan lakukan, meskipun kondisi hidup serba pas-pasan karena tidak penghasilannya tidak tetap.

"Saya ingin tepat sasaran, jadi yang benar-benar darurat. Jadi ya saya naruh nomor WA saya di Twitter, jadi kalau ada yang butuh banget makan, tinggal kontak saja, nggak usah keluar kos, share loc saja saya antar ke sana," tegasnya.

Usai membagikan nomor WhatsApp (WA) tersebut, banyak yang menghubunginya karena kesulitan untuk makan. Sebagian besar adalah anak-anak mahasiswa yang indekos. Sebagian lagi pekerja hingga orang yang sedang sakit.

Para mahasiswa yang menghubunginya tersebut rata-rata kehabisan uang. Sementara kiriman dari orangtua belum datang.

"Sudah banyak, ratusan. Rata-rata mahasiswa yang indekos ya sekitar 70 persen. Sisanya pekerja, ada juga orang yang sedang sakit," ucapnya.

Setiap kali ada chat masuk, Evan sesegera mungkin langsung bergerak untuk membeli makan dan mengantarkan ke lokasi. Sehingga bisa segera sampai di lokasi dan orang tersebut bisa lekas makan.

Awalnya Evan yang tidak mempunyai sepeda motor pun rela mengayuh sepedanya mengantarkan makanan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau