Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polres Kulon Progo Sidak Penjual Chiki Ngebul di Pasar Malam

Kompas.com, 16 Januari 2023, 13:58 WIB
Dani Julius Zebua,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Polres Kulon Progo melakukan sidak ke pedagang chiki ngebul (cikibul) di sejumlah pasar malam. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kejadian keracunan akibat mengonsumsi cikibul seperti dilaporkan di beberapa wilayah di Indonesia.

“Negatif terkait dengan adanya chiki ngebul,” kata Kasi Humas Polres Kulon Progo, Iptu Triatmi Noviartuti (Novi) melalui pesannya, Senin (16/1/2023).

Tim dokter dari Bidang Dokter dan Kesehatan (Dokkes) Polres Kulon Progo diterjunkan mendatangi para pedagang itu. Salah satu lokasi pedagang ada di pasar malam yang digelar di Stadion Cangkring.

Baca juga: Kronologi Bocah Terbakar akibat Jajanan Ciki Kebul di Ponorogo, Korban Derita Luka Bakar 30 Persen

Tim dokkes melakukan edukasi saat mendatangi lapak pedagang cikibul ini. Intinya, panganan cepat saji harus aman dan layak dikonsumsi.

Termasuk pada panganan yang disajikan menggunakan nitrogen cair. Cikibul memang terlihat menarik, apalagi untuk anak-anak.

Bahan nitrogen cair yang digunakan itu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mengubah rasa ketika dikonsumsi. Bahan kimia ini memberi sensasi rasa dingin dan mengeluarkan asap dari mulut.

Tim Dokkes mengungkapkan, pemanfaatan nitrogen cair bisa sangat berbahaya bila dikonsumsi lebih dari ambang batas atau cairan langsung kontak dengan makanan. Selain itu, mengonsumsi makanan menggunakan nitrogen cair berisiko pada terkikisnya lambung.

Kepala Seksi Dokkes Penda Juliana Saragih mengungkapkan, tim Dokkes perlu melakukan edukasi ke sejumlah pedagang dan rumah makan agar bijak dalam menggunakan nitrogen cair pada produk cepat saji.

Dokkes Polres juga mengajak berbagai pihak, termasuk Dinas Kesehatan, puskesmas hingga berbagai kantor kesehatan untuk turut dalam pembinaan dan pengawasan terhadap produk pangan pakai nitrogen cair.

Baca juga: Antisipasi Keracunan Chiki Ngebul, Dinkes Sukoharjo Terjunkan Tim Pembina UKS Sosialisasikan Bahaya Cikbul

“Karenanya kita beri edukasi pada pelaku usaha tentang (potensi) bahaya menggunakan nitrogen cair pada panganan. Kami juga edukasi pada sekolah, anak hingga masyarakat bahayanya makanan cepat saji (menggunakan nitrogen cair),” kata Penda.

Sejumlah kasus keracunan dilaporkan terkait cikibul ini. Kasus pertama yang dilaporkan pada pertengahan 2022 yakni adanya anak mengalami luka bakar setelah konsumsi ice smoke.

Kasus serupa muncul di November 2022, yakni terjadi keracunan pada 23 anak di Kabupaten Tasimalaya setelah makan cikibul. Satu di antaranya masuk rumah sakit. Pemerintah setempat menerbitkan status kejadian luar biasa karena peristiwa ini.

Jelang akhir Desember 2022, seorang bocah 4,5 tahun masuk rumah sakit setelah makan cikibul. Ia datang dengan keluhan sakit perut hebat.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau