Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Semangat Para Pengantin Baru Cegah Abrasi di Pantai Wisata Kulon Progo Lewat Menanam Pohon Kelapa

Kompas.com, 10 November 2022, 18:31 WIB
Dani Julius Zebua,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Satu buah kelapa yang sedang bertunas ditanam hingga semua bagian buah itu tenggelam dalam pasir Pantai Bidara, pantai wisata yang berada di Gumuk Waru, Kalurahan Bugel, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tunas hijau segarnya saja yang mencuat di permukaan pasir.

Pria 30 tahun asal Kalurahan Krembangan, Panjatan, Dwi Wijayanto terus menyunggingkan senyum selagi menanam. Dwi yang seorang petani kebun memang terampil menggunakan pacul.

Meski sambil berpakaian jas, pakai peci dan sepatu kulit, Dwi tidak canggung. Begitu pula Wahyu Setiawati (28), istri dari Dwi, yang mengenakan gaun pengantin putih, penuh rias, sepatu hak tinggi.

Baca juga: Cegah Abrasi, 5.000 Pohon Mangrove Ditanam di Pesisir Teluk Pangpang Banyuwangi

"Ini hari yang menggembirakan bagi kami," kata Dwi usai menanam tunas kelapa sekitar 30 meter dari bibir pantai, Kamis (10/11/2022).

Menanam pohon kelapa dilaksanakan keduanya setelah resmi jadi sepasang suami istri lewat ijab kabul di KUA Panjatan. Mereka masih dalam balutan pakaian pengantin lantas pergi ke pantai, membawa bibit pohon kelapa, lalu menanamnya di sana.

Pengantin baru itu sekaligus mengungkap harapan agar pohon terus tumbuh dan bermanfaat, di antaranya turut menjadi bagian upaya menahan pantai dari abrasi dan mencipta lingkungan lebih indah.

Ia juga mengharapkan, pohon kelak bermanfaat bagi orang-orang sehingga menjadi amal yang terus mengalir sepanjang pohon terus ada.

Karenanya, Dwi dan Setyawati memilih waktu yang dianggapnya cukup tepat. "Kami senang atas apa yang dilakukan hari ini. Semoga menjadi berkah," kata Dwi usai penanaman pohon.

Menanam pohon menjadi puncak prosesi para pasangan yang menikah maupun calon pengantin lain di Kantor Urusan Agama (KUA) Kapanewon Panjatan. Pantai Bidara dipilih sebagai salah satu lokasi penanaman di Panjatan.

Baca juga: Abrasi Pantai Rusak 26 Rumah di Aceh Utara

Ketua KUA Panjatan, Zamroni mengungkapkan, kegiatan ini sekaligus mengingatkan kembali pada para pengantin untuk tetap mencintai dan merawat lingkungan. Karena itu, menanam pohon di Bidara menjadi salah satu tradisi bagi mereka yang menikah di KUA -nya.

“Ada 100 pengantin yang mengikhlaskan pohon jenis kelapa genjah entok untuk perlindungan Pantai Bidara ini,” kata Zamroni.

Dua pasangan pengantin menanam tunas kelapa di Pantai Bidara, pantai wisata yang berada di Gumuk Waru, Kalurahan Bugel, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Dua pasangan pengantin menanam tunas kelapa di Pantai Bidara, pantai wisata yang berada di Gumuk Waru, Kalurahan Bugel, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menanam pohon juga bagian manusia dalam berbuat amal seperti dalam ajaran Islam. Amal akan memberi manfaat bagi warga dan masyarakat luas. Pahalanya tidak akan putus sepanjang apa yang diberikan terus memberi manfaat.

Seperti halnya pohon yang ditanam. Pohon akan terus tumbuh dan makin banyak orang yang akan menerima manfaat dari pohon itu.

Baca juga: Diterjang Abrasi, 7 Rumah Warga di Pesisir Lumajang Hancur

“Selama pohon memberi manfaat dan dirasakan masyarakat. Maka selama mendapat kemanfaatan pahala tidak terputus,” kata Zamroni.

Kali ini bagian dari menambah penghijauan dan semangat bersama untuk mengurangi dampak abrasi laut. Amal jariyah akan terus abadi.

"Ini merupakan program inovasi KUA Galur. Kami memberikan kesempatan kepada calon pengantin dan pengantin baru untuk melakukan amal jariyah," kata Zamroni.

Tidak hanya menanam pohon. Zamroni mengungkapkan, KUA berencana melaksanakan program pengantin baru menebar ikan di sungai sebagai bagian dari kecintaan mereka pada lingkungan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau