YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pria paruh baya berseragam oranye dan hitam bertuliskan "Satgas Depo DLH Kota Yogyakarta" tampak mencecap kopi paginya di seberang depo sampah Mandala Krida.
Sambil duduk di pembatas jalan, sekelompok pria yang merupakan petugas kebersihan itu tampak bercengkrama seru. Entah apa yang dibicarakan, tapi sesekali terdengar tawa mereka.
Saat itu memang masih sekitar pukul 08.30 WIB. Ada juga petugas yang terlihat mengajak rekannya untuk sarapan sebelum memulai pekerjaanya.
“Ayo sarapan sik, (ayo sarapan dulu),” kata salah satu petugas kebersihan.
Baca juga: 923 Ton Sampah Menumpuk di Sleman, Pemda DIY Turun Tangan
Pekerjaan mereka memang telah menanti di depan mata. Tumpukan sampah yang cukup tinggi sepertinya sudah melambai-lambai meminta untuk diangkut.
Sementara truk pengangkut sampah belum terlihat datang. Mesin ekskavator berwarna ungu juga masih terdiam menunggu sang operator datang.
Tepat pukul 08.45 WIB, operator ekskavator mulai menghidupkan mesinnya dan mulai mengeruk sampah untuk dipindahkan ke dalam truk.
Bau busuk sampah pun menyeruak ke sekitar depo Mandala Krida. Seolah-olah bau busuk tersebut terbawa angin yang sesekali berhembus di area tersebut.
Namun, para petugas tak bergeming. Mereka tetap mengangkut sampah ke bak truk. Seakan-akan tak ada bau busuk dari sampah yang tercium.
Baca juga: Soal Timbunan 5.000 Ton Sampah di Yogyakarta, Pemkot: Sebelum Ada TPS3R
Saat sampah akan memenuhi bak truk, mesin ekskavator terlihat menekan-nekan muatan tersebut. Sehingga muatan sampah setara dengan bibir bak truk.
Butuh waktu kurang lebih 20 menit bagi ekskavator memindahkan sampah ke bak truk. Setelah itu, dua petugas kebersihan naik ke atas truk dengan cara memanjat. Mereka menutup sampah dengan menggunakan terpal berwarna biru.
Kedua petugas kebersihan ini nampak cekatan menutup tumpukan sampah dengan terpal berwarna biru.
Hingga pukul 09.11 WIB, total ada lima truk yang mengantre untuk diisi sampah. Setelah truk diisi sampah, sang sopir pun langsung tancap gas dan mengarahkan setirnya ke TPA Piyungan yang berada di Bantul.
Truk tampak menyusuri Jalan Kenari. Setelah itu melintasi Banguntapan Bantul hingga Pleret. Kondisi lalu lintas pun tampak lancar. Pada pukul 10.00 WIB, truk mulai memasuki area TPA Piyungan.
Truk lalu memasuki jembatan timbang dan mengarah ke zona transisi untuk membuang sampah dari Kota Yogyakarta. Setelah membuang muatannya, truk pun akan kembali ke depo untuk mengangkut sampah lagi.
Namun sayangnya, baik petugas kebersihan di depo Mandala Krida maupun di TPA Piyungan enggan diwawancarai Kompas.com terkait masalah sampah di Yogyakarta,
Buka tutup TPA Piyungan demi sampah Kota Yogyakarta sudah dilakukan untuk kesekian kalinya. Diketahui, TPA Piyungan resmi ditutup pada Juli tahun 2023 setelah Pemerintah DIY menetapkan desentralisasi pengelolaan sampah.
Pemerintah DIY sempat membuka terbatas TPA Piyungan untuk menampung sampah dari Kota Yogyakarta pada Agustus 2023 lalu.
Lagi-lagi TPA Piyungan terpaksa dibuka setelah beberapa waktu terakhir Pemkot Yogyakarta kewalahan menghadapi tumpukan sampah di sejumlah jalan.
Kabid Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta Ahmad Haryoko menambahkan dari Selasa (25/6/2024) hingga Kamis (27/6/2024) sudah 1.000 ton sampah yang diangkut ke TPA Piyungan.
“Sudah 1.000 ton itu dari semua depo di Kota Yogyakarta,” kata dia, Kamis (27/6/2024).
“Hari ini terakhir (pengangkutan ke TPA Piyungan),” ujar dia.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Beny Suharsono menyebut jumlah timbunan sampah di Kota Yogyakarta yang belum terangkut saat ini sebanyak 5.000 ton.
“Sebetulnya timbulan sampah itu berapa (di Kota Yogyakarta) ternyata timbunan sampah itu tidak hanya 1 ton, 2 ton, 1.000 ton. Tetapi ada 5.000 sekian ton yang sekarang ada di kota (Yogyakarta),” ujar Beny, Senin (24/6/2024).
Baca juga: Pemkot Yogyakarta Janji Kuras Depo Sampah Selama 3 Hari ke Depan
Pemerintah DIY pun mengambil langkah darurat untuk mengatasi 5.000 ton timbunan sampah. Rencananya, sampah tersebut bakal dibuang ke TPA Piyungan.
“Nah ini saya sampaikan, darurat ini yang harus diselesaikan monggo Pemkot bersama dengan kami (Pemerintah) DIY, Ayo kita selesaikan kita geser dulu ke TPA Piyungan,” ucapnya.
Salah satu yang merasakan dampak tumpukan sampah adalah pedagang nasi kuning di seberang Depo Mandala Krida, Paninem.
Saat dikunjungi Kompas.com Kamis (27/6/2024), Painem terlihat sibuk mengusir lalat yang berterbangan.
“Sudah mendingan daripada waktu itu (Sabtu 22/6/2024),” kata dia.
Menurut dia, sudah sejak dua hari lalu sampah di depo Mandala Krida mulai diangkut dengan alat berat.
Baca juga: Timbunan Sampah di Yogyakarta Capai 5.000 Ton, TPA Piyungan Bakal Jadi Solusi Darurat
Dia mengaku sempat menutup warungnya lebih cepat karena tak kuat dengan bau sampah yang menyengat.
“Hari pertama cuma buka sampai jam 10.00 WIB, baunya gak kuat saya,” kata dia.
“Sekarang sudah lebih baik, sudah setengah lebih diangkut,” ucapnya.
Ia berharap Kota Yogyakarta dapat kembali normal kembali seperti sedia kala sebelum darurat sampah seperti saat ini.
“Semoga cepat teratasi,” harapannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.