KULON PROGO, KOMPAS.com – Lantunan selawat terdengar sayup-sayup di SD Negeri Bugel, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Senin (22/4/2024) sekitar pukul 08.20 WIB.
Suara tersebut berasal dari 107 siswa dan 9 guru yang sedang berjalan keluar dari sekolah yang terletak di Padukuhan Gelaran Wetan, Kalurahan Bugel, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo itu.
Mereka menapaki jalan tanah sekitar 30-50 meter, menuju dua rumah kayu limasan bersebelahan. Di sana, sawah luas jadi pemandangan. Nyiur tumbuh di sekeliling rumah.
Pelajar kelas 1 dan kelas 2 menempati rumah limasan terdekat. Pelajar kelas 3-6 masuk ke rumah limasan yang sedikit lebih jauh.
Baca juga: Kisah Nenek Arbiyah Selamatkan Ribuan Nyawa Saat Banjir Bandang di Lebong Bengkulu
Selawat berhenti setelah guru dan pelajar memasuki rumah. Lantunan selawat itu seolah sebagai tanda perpisahan dengan bangunan sekolah yang terdampak pelebaran Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS).
Halaman utama SD Bugel separuh gedung beton sekolah berada masuk dalam penetapan lokasi pembangunan jalan. Tak hanya itu, SD tersebut juga terdampak pembangunan jaringan SPAM Kamijoro-Bandara YIA.
Pembangunan jalan akan segera dilakukan. Sehingga bangunan sekolah harus dikosongkan meski belum ada pengganti.
Kepindahan ke sekolah sementara itu pun disampaikan Kepala Sekolah SDN Bugel, Ngadikin saat acara halalbihalal. Ia mengatakan dengan bahasa sederhana dan mudah dicerna para siswa.
Meski pindah ke sekolah sementara, para pelajar tampak gembira dengan rencana itu. Sementara para guru menahan haru.
“Yang penting semangatmu. Ruang misal tidak seluas sekarang, tapi semangatmu harus lebih luas. Ruang seindah tempat ini, tapi semangatmu, hatimu, harus semakin indah. Kita syukuri daripada sekolah di bawah tenda. Dulu ketika gempa Bantul ada sekolah di bawah tenda,” kata Ngadikin di hadapan ratusan muridnya.
Ngadikin mengatakan, pihaknya meminjam rumah warga untuk tempat belajar sampai terbangunnya gedung baru. Hal ini, kata dia, sudah dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan Kulon Progo.
“Kami pindah resmi hari ini pada KBM (kegiatan belajar mengajar) kelanjutan semester dua ini. Kami masuk rumah milik person (warga setempat), dua bangunan. Kami sudah berkoordinasi dengan dinas,” kata Ngadikin.
Dia mengatakan kedua rumah warga tersebut cukup memadai untuk kegiatan belajar mengajar. Pasalnya, masing-masing rumah memiliki ruangan besar yang bisa disekat-sekat untuk menampung semua pelajar.
Menurutnya, sekolah sebenarnya sudah mendapat restu menggunakan tanah kas desa yang ada di samping sekolah. Namun, izin pemanfaatan tanah masih menggantung.
Padahal harapannya gedung baru sudah terbangun saat guru dan siswa pindah. Dengan begitu kegiatan belajar mengajar bisa berjalan normal.
Baca juga: Cerita Petugas Kebersihan di Bandung Tinggal di Gubuk, Kaget Rumahnya Direnovasi
“Kami belum tahu jelas kelanjutannya (gedung baru),” kata Ngadikin.
“Harapan kami cepat (selesai terwujud sekolah yang baru),” kata Ngadikin.
Ditemui belum lama ini, Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kulon Progo, Nur Hadiyanto mengakui rencana pembangunan gedung sekolah baru untuk SDN Bugel sudah cukup lama.
Namun, kata dia, tidak mudah mendapatkan tanah kas desa yang bisa dipakai untuk gedung sekolah.
“Lokasi baru tidak mudah, mulai pembebasan tanah atau izin, sampai ketemu untuk jadi tempat relokasi,” kata Nur pada kesempatan sebelumnya.
Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di rumah warga memang penuh tantangan. Terlebih karena kelas satu dengan lain hanya dipisah sekat yang masih tembus suara.
Seperti halnya kelas 1 dan 2, masing-masing dihuni sekitar 20 pelajar. Kedua kelas terpisah partisi kayu dengan langit-langit rumah yang sama.
Suara guru mengajar dan guyubnya pelajar terdengar jelas dari kelas sebelah.
“Kami memberi sekat, tidak permanen, terbatas. Dampaknya jelas, idealnya antar kelas terhindar dari keterbisingan,” kata Ngadikin
“Bapak Ibu guru harus berstrategi cara mengatasi. Kebisingan tidak bisa dihindari,” katanya lagi.
Situasi sama juga di kelas 3-6 di bangunan sebelah. Bangunan semi permanen di sana terbagi beberapa ruangan. Kelas jadi sempit, pelajar serasa terhimpit meja kursi. Selain itu, hawanya gerah.
“Tidak (bisa konsentrasi). Bising. (Ingin) tidak berisik,” kata Kasih, pelajar kelas 6.
Orangtua siswa kelas 1, Purwaningsih mengakui, sekolah sementara memang belum layak bagi KBM.
“Memang kurang layak (ruang kelas). Ya begitulah. Dari pada belajar di rumah malah tidak bisa, bapak ibunya tidak bisa mengajar,” katanya.
Meski begitu, dia mengaku tak masalah kegiatan belajar dipindah ke rumah tersebut. Pasalnya, lokasi alternatif lain sangat jauh. Sedangkan terdekat adalah sekolah swasta.
Baca juga: Kisah Kasmi Cari Adiknya yang Hilang sejak 2017, Ternyata Jadi Korban Pembunuhan di Makassar
Sekolah yang ada saat ini juga melayani anak-anak dari dua dusun sekitar. Semakin jauh sekolah sementara maka warga akan kesulitan.
“Kami mengharapkan dibangunkan sekolah baru. Yang layak. Yang bagus untuk sekolah. (Apalagi) katanya (baru ada bangunan baru) dua tahun (ke depan) kalau tidak salah,” kata Purwaningsih.
Sebagai orangtua murid, ia berharap, siswa tetap bersemangat walau belajar di tengah kesulitan. Menurutnya, banyak sekolah serupa tapi melahirkan pelajar yang pintar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.