Makna pamenthanging gandewa pamanthening cipta dalam kehidupan sehari-hari adalah manusia yang memiliki cita-cita hendaknya berkonsentrasi penuh pada cita-citanya supaya tercapai.
Jemparingan berarti anak panah. Permainan jemparingan terdiri dari sejumlah peralatan yang masing-masing memiliki namanya sendiri.
Permainan jemparingan terdiri dari deder atau batang anak panah, wulu atau bulu pada pangkal anak panah, bedor atau mata anak panah, dan nyenyep atau bagian pangkal dari jemparing yang terletak pada tali busur saat memanah.
Busur panah bernama gandewa yang terdiri dari cengkolak atau pegangan busur, lar atau bilah yang terdapat di kiri dan kanan cengkolak, dan kendheng atau tali busur yang masing-masing ujungnya dikaitkan ke bagian ujung-ujung lar.
Sasaran panah disebut wong-wongan atau bandulan yang berbentuk silinder tegak dengan panjang 30 sentimeter dan diameter 3 sentimeter.
Pada bagian atas diberi warna merah sekitar 5 sentimeter.
Pada bagian bawah bandulan digantung sebuah bola kecil. Jika pemanah mengenai bola tersebut akan mendapatkan pengurangan nilai.
Baca juga: Awal Mula Jemparingan, Seni Memanah Khas Keraton Yogyakarta
Pada bagian atas bandulan digantung lonceng kecil yang akan berdenting setip jemparing mengenai bandulan.
Jemparing dan gandewa dibuat khusus oleh pengrajin yang disesuaikan dengan postur tubuh pemanah, salah satu ukurannya adalah rentang tangan pemanah.
Penyesuaian tersebut perlu dilakukan supaya pemanah merasa nyaman dan dapat memanah secara maksimal.
Untuk itu, peralatan jemparingan bersifat pribadi dan sulit dipinjamkan.
Cara permainan dilakukan dalam posisi duduk bersila.
Seseorang yang memegang busur dan anak panah akan duduk menyamping dengan busur ditarik ke arah kepala sebelum ditembakkan ke arah wong-wongan.
Pemanah dituntut mengenai sasaran dengan tepat.
Semakin banyak anak panah yang mengenai bandulan, maka semakin banyak nilai yang diperoleh. Terlebih jika mereka dapat mengenai molo yang berwarna merah.