Kemudian Gangsa Sekati akan ditabuh oleh Abdi Dalem Kridha Mardawa yang sudah lebih dulu menjalani tradisi untuk bersuci secara lahir dan batin.
Adapun Gendhing yang dimainkan saat Gangsa Sekati berada di Bangsal Pancaniti adalah gendhing rambu, gendhing rangkung, dan gendhing andong-andong atau gendhing lung gadung.
Saat Gangsa Sekati ditabuh di di Bangsal Pancaniti, Sultan akan mengirim Utusan Dalem untuk menyebar udhik-udhik kepada para penabuh dan pengunjung yang hadir.
Udhik-udhik yang disebar berupa bunga, beras, biji-bijian, dan uang logam yang dimaksudkan sebagai simbol sedekah, doa keselamatan, dan kesejahteraan dari raja kepada rakyatnya.
Setelah itu, Gangsa Sekati kembali ditata dan diletakan di atas ancak dan dibawa menuju Masjid Gedhe untuk memulai tradisi Miyos Gangsa.
Miyos Gangsa adalah prosesi dikeluarkannya Gangsa Sekati (Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga) dari Keraton ke Masjid Gedhe yang dilaksanakan oleh para Abdi Dalem tepat pada tengah malam.
Rute Miyos Gangsa dimulai dari Bangsal Pancaniti, lalu ke utara menuju Siti Hinggil, Pagelaran, lalu ke barat hingga ke Masjid Gedhe.
Di Masjid Gedhe, Kyai Gunturmadu akan ditata di Pagongan Kidul sedangkan Kyai Nagawilaga akan ditata di Pagongan Lor yang berada di halaman depan.
Kemudian, Gangsa Sekati akan ditabuh 3 kali sehari, mulai dari tanggal 6 Mulud sampai dengan tanggal 11 Mulud.
Jadwal menabuh Gangsa Sekati yaitu pagi hari sejak jam 08.00 hingga 11.00, siang hari sejak 14.00 hingga 17.00, dan malam hari sejak jam 20.00 hingga 23.00.
Khusus pada hari Kamis petang sampai dengan selepas sholat Jumat, Gangsa Sekati tidak akan ditabuh.
Rentang waktu penabuhan Gangsa Sekati inilah yang sebenarnya disebut dengan Sekaten.
Bersamaan dengan itu, di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta juga diadakan persiapan untuk menyambut Garebeg Mulud.
Salah satunya upacara Numplak Wajik yang dilakukan di tanggal 9 Mulud yang bertempat di Panti Pareden yang berada di Kamagangan Keraton.
Numplak Wajik adalah prosesi yang menandai dimulainya pembuatan Gunungan Wadon (putri) untuk Garebeg Mulud.
Ada beberapa gunungan yang dipersiapkan untuk pelaksanaan Garebeg Mulud yaitu Gunungan Wadon, Gunungan Lanang, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan.
Pada tanggal 11 Mulud malam atau pada malam tanggal 12, di Masjid Gedhe diselenggarakan pembacaan riwayat Nabi Muhammad yang dihadiri Sultan.
Sebelum masuk ke Masjid Gedhe, Sultan akan lebih dulu menyebarkan udhik-udhik di Pagongan Lor dan Pagongan Kidul.
Setelah itu Sultan juga akan menyebarkan udhik-udhik di diantara “saka guru” Masjid Gedhe, ke arah kerabat, para Abdi Dalem, dan masyarakat yang hadir.
Penyebaran udhik-udhik oleh Ngarsa Dalem inilah yang kerap ditunggu-tunggu oleh masyarakat atau wisatawan yang sengaja hadir, terutama bagi mereka yang berniat untuk ngerayah udhik-udhik dengan maksud ‘ngalap berkah’.